Minggu, 12 Juni 2016

Menyambangi Pantai-pantai di Pacitan

Masih belum bosan rasanya untuk dolan ke pantai. Pantai di Semarang yang ummmm.. ya gitulah.. aja aku sambangi, apalagi pantai yang katanya bagus di Pacitan hoho. Hari Selasa tanggal 31 Mei 2016, aku dan teman-temanku bersepuluh berangkat dari Semarang menuju Pacitan sekitar pukul 21.00. Keberangkatan pada malam hari kami pilih agar keesokan harinya kami bisa puas jalan-jalan di Pacitan. Perjalanan berangkat ternyata tidak semulus yang kami bayangkan. Salah satu motor di rombongan kami mengalami ban bocor hingga 3x dan kami sempat kesasar di kota Solo. Hal itu menyebabkan kami baru tiba di Kabupaten Wonogiri pukul 03.30 pagi. Berhubung banyak dari kami yang sudah lelah dan mengantuk, diputuskan kami beristirahat terlebih dahulu di mushola SPBU terdekat.
Wajah-wajah bangun tidur
Perjalanan dilanjutkan sekitar pukul 07.30 setelah kami sarapan di suatu warung. Rute untuk menuju Pacitan dari Kota Wonogiri sebenarnya adalah melawati Kecamatan Baturetno. Tapi berhubung aku awam rute ke sana dan ditambah aku pengen menunjukkan Waduk Gajahmungkur ke teman2, maka kami mengambil rute menuju Kecamatan Pracimantoro. Di Kecamatan Pracimantoro ini sudah nampak plang menuju Pacitan sehingga kita tinggal mengikuti petunjuk tersebut. Setelah melawati kawasan Giri Belah (dinamakan begitu karena memang jalannya benar2 membelah gunung/giri), tibalah kami di gapura selamat datang Pacitan.

PANTAI KLAYAR
Tak lama dari gapura selamat datang kami menemui plang jalan di mana jika ingin ke Gua Gong ambil jalan lurus dan apabila ke Pantai Klayar ambil jalan ke kanan. Karena Gua Gong ternyata masih jauh, yaitu sekitar 30 km lagi, maka kami memutuskan untuk langsung ke Pantai Klayar. Medan ke Pantai Klayar ini merupakan jalan perkampungan penduduk yang sempit dan di beberapa tempat masih berbatu-batu. Ternyata cukup jauh juga letak Pantai Klayar dari jalan raya, mungkin sekitar 20 km. Tak perlu takut kesasar karena cukup banyak plang ke arah Pantai Klayar dan di beberapa persimpangan jalan terdapat juga petunjuk arah ke pantai-pantai tetangga. Akhirnya kami pun tiba di Pantai Klayar sekitar pukul 10.00. Ternyata laut sedang pasang sehingga pihak pengelola melarang pengunjung untuk bermain air di laut. Well ya sudahlah kami harus cukup puas hanya bisa berfoto dan bermain pasir di tempat yang cukup aman. Tambahan informasi, berhubung ini pantai paling terkenal di Pacitan, maka di sini sudah banyak terdapat homestay apabila ada yang ingin menginap karena dengar2 dari penduduk sekitar bahwa sudah tidak diperbolehkan lagi untuk ngecamp di Pantai Klayar.
Biaya masuk : Rp 7.000 di hari biasa dan Rp 10.000 di hari libur per orang
Coba pantai Semarang pasirnya kayak gini. hmm
Cari tempat selfie yok
Cekrek dulu

PANTAI BANYUTIBO
Perjalanan dilanjut lagi ke Pantai Banyutibo. Kami balik ke jalan masuk yang kami lewati tadi sampai ada plang ke arah Pantai Banyutibo. Banyu = air, tibo = jatuh, jadi banyutibo berarti air yang jatuh. Dinamakan demikian karena di sini ada air terjun kecil yang alirannya jatuh langsung ke pantai. Di sini kami juga tidak bisa bermain air di pantainya karena pantainya yang memang kecil sudah benar-benar habis terkena ombak. Tapi karena ombak sedang besar itu kami malah mendapatkan latar foto di suatu tebing berlatar ombak yang epic.
Biaya masuk : Rp 5000 per motor.
Air terjun di Banyutibo. Look, pantainya abisss terkena ombak
vitamin sea <3
Ngakak ngeliat foto yang ini ekeke
Bagus kaan? Tapi tetep harus hati2 yah kalo di sini :)

PANTAI NGIROBOYO
Karena waktu sudah beranjak sore, kami harus segera menentukan pantai untuk tempat kami ngecamp. Sebenarnya kami ingin ke Pantai Srau atau Pantai Watukarung, tapi ibu pemilik warung tempat kami makan menyarankan untuk ke Pantai Ngiroboyo saja karena kedua pantai yang kami sebutkan letaknya masih cukup jauh dan jalan sudah mulai gelap. Ternyata Pantai Ngiroboyo ini letaknya persis di sebelah kiri Pantai Klayar dan memang jalannya tidak terlalu jauh dari tempat kami makan. Sesampainya di sana kami segera bertanya pada warga apakah di pantai ini boleh untuk ngecamp, dan alhamdulillah boleh asalkan keamanan dijaga pribadi karena fyi belum ada listrik di pantai ini. Ah yaa, masuk ke pantai ini masih gratis loh betewe. Kami pun segera mendirikan tenda di tempat yang dirasa cukup aman berdasarkan rekomendasi warga juga. Setelah bercengkerama dan bermain kartu bersama kami pun beranjak tidur ke tenda masing-masing.
Proses mendirikan tenda
Tenda sudah siap
Sunset di Ngiroboyo
Tak disangka-sangka jam 4 pagi para cowok heboh sekali mengguncang-guncang tenda para cewek dan menyuruh kami untuk segera bangun. Ternyata di luar sudah banyak warga berkumpul dan mereka menyuruh kami untuk segera berkemas karena air laut sudah sangat naik, bahkan ada yang menyeletuk akan tsunami. Haah??? Bayangkan kau pagi2 baru bangun tidur terus denger kata tsunami .-. Aku dan teman-teman pun segera mengevakuasi barang-barang kami ke gazebo terdekat dahulu. Selang beberapa detik setelah kami menyelamatkan barang-barang, wuuuuuz..... air laut menghempaskan tenda kami hingga terseret beberapa meter walau sudah dipasak. Gusti Allah, matur nuwun sudah membangunkan kami semua T.T Setengah panik kami segera menyelamatkan diri dan barang-barang kami ke warung yang letaknya cukup jauh dari bibir pantai. Di sana kami mendapatkan info dari warga bahwa baru pertama kali ini air lautnya sampai sejauh itu dan beruntung kami semua tidak kenapa2. Sekitar jam 6 pagi setelah laut agak mulai tenang, kami kembali ke tempat ngecamp kami berharap bisa menemukan pasak2 tenda kami yang banyak hilang. Ternyata hanya sedikit yang bisa kami temukan. Ya sudah, ikhlaskan.
Jam 6 pagi. Ombaknya masih ngerii -,-
Di tengah pencarian pasak tenda
Setelah huru-hara pagi buta tadi, kami memutuskan untuk menaiki perahu menyusuri Sungai Maron yang notabene merupakan wisata andalan di Pantai Ngiroboyo. Biaya sewa satu perahu adalah Rp 100.000 dan bisa dinaiki maksimal 6 orang penumpang. Waktu tempuh naik perahu ini sekitar +/- 40 menit dan kami diajak untuk menyusuri sungai yang sering dijuluki Amazon-nya Pacitan.Air sungainya masih bersih dan di kanan kirinya terdapat pemandangan barisan pohon kelapa yang eksotis. Keren lah pokoknya. Seusai menaiki perahu para cowok memutuskan untuk mandi jeguran di sungai dan cewek cukup puas untuk melihat saja ehehe.
Susur Sungai Maron
 Mari mandi XD
Oops :p
PANTAI BUYUTAN
Rencana semula kami ke Gua Gong kami batalkan kembali karena sudah malas, haha. Akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi satu pantai lagi sebelum pulang. Pilihan jatuh ke Pantai Buyutan yang letaknya di antara Pantai Klayar dan Pantai Banyutibo yang kami lalui kemarin. Tak disangka dari keempat pantai yang kami kunjungi aku paling suka dengan pantai ini. Kenapa? Karena akhirnya aku bisa bermain air dan pasir sepuasnya, hohoho. Di samping garis pantai di sini cukup panjang dan masih bersih, pantai ini masih sepi pengunjung :D
Biaya masuk : Rp 5000 per orang.
Pantai Buyutan dilihat dari atas
Akhirnya bisa jeguran di laut
Jangan tanya aku yang mana XD
 :)
Setelah puas bermain kami pun pulang ke Semarang kembali siang hari itu. Dan tanpa disangka-sangka beberapa hari belakangan ini aku melihat berita bahwa di seluruh Pantai Selatan Jawa, termasuk Pacitan, sedang terjadi ombak yang sangat besar sampai merobohkan gazebo dan warung-warung di pantai. Alhamdulillah, puji syukur aku ucapkan karena Allah masih melindungi kami semua. Last but not least, semoga laut selatan kembali normal kembali. Aamiiin....