Sabtu, 26 Juli 2014

Presiden dan Wakil Presiden Baru Indonesia

Setelah melalui masa kampanye dan pemilu yang cukup menguras emosi para warga Indonesia, maka pada tanggal 22 Juli lalu telah kita ketahui bersama bahwa presiden terpilih Indonesia untuk periode tahun 2014-2019 adalah yang terhormat Bapak Ir. Joko Widodo atau yang biasa disapa dengan Pak Jokowi. Saya sebagai salah satu warga Indonesia pertama-tama ingin mengucapkan selamat dari hati yang terdalam kepada Pak Jokowi  dan Pak Jusuf Kalla yang terpilih sebagai pasangan presiden dan wakil presiden Indonesia berikutnya.
                Dalam penyelenggaraan pemilu kali ini saya yang notabene orang awam di dunia perpolitikan ingin menyoroti beberapa hal. Yang pertama adalah maraknya black campaign yang dilontarkan oleh pendukung kedua pihak untuk menjatuhkan citra kubu lain terutama di jagad media sosial. Tak dapat dipungkiri, politik tanpa adanya black campaign di zaman sekarang ini memang nyaris mustahil. Jangankan  politik bernegara, politik di dunia kampus yang notabene berisi para akedemisi pun acapkali terjadi saling senggol lawan (curhat sedikit hehe). Nah pada pemilu 2014 ini kubu nomor urut 1 Prabowo-Hatta seringkali dihujam oleh isu pelanggaran HAM 1998 di mana Pak Prabowo disinyalir ikut terlibat dalam penculikan para mahasiswa, sedangkan pada kubu nomor urut 2 Jokowi-JK sering dihujam oleh isu bahwa nanti saat akan terpilih nanti hanya akan menjadi presiden boneka yang disetiri oleh Bu Megawati. Apakah isu-isu itu benar? Pikirkan dan carilah sendiri jawabannya. Hanya saya ingin mengingatkan jangan asal share berita saja tanpa tahu berita itu benar atau tidak. Ingatlah bahwa memfitnah itu lebih kejam daripada tidak memfitnah.
                Kemudian saya melihat bahwa keberpihakan media massa di pemilu ini terasa begitu kental. Yang paling mencolok dari semua media adalah m*tro tv dan tv on*. Hal tersebut tak lain dikarenakan petinggi dari kedua media tersebut juga merupakan petinggi partai pendukung pasangan capres-cawapres. Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa petinggi m*tro tv, Surya P*loh, adalah ketua umum dari partai Nasdem pendukung pasangan Jokowi-JK sedangkan petinggi tv on*, Aburiz*al Bakr*e, adalah ketua umum dari partai Golkar pendukung pasangan Prabowo-Hatta. Sebenarnya sudah sejak lama hal ini saya prediksi akan terjadi apabila para penguasa-penguasa media massa juga merupakan tokoh-tokoh di dunia perpolitikan. Pengetahuan saya sewaktu masih duduk di bangku sekolah yaitu suatu berita haruslah objektif sepertinya hanya isapan jempol belaka. Apabila sudah ada kepentingan tertanam maka segala cara pun terasa halal. Masih ingat di benak kita sewaktu pemilu baru saja usai terdapat perbedaan hasil quick count di antara media massa sehingga timbullah guyonan “kamu presidennya versi m*tro tv apa versi tv on*?”.  Saya tercengang karena seingat saya baru pertama inilah terjadi pada pemilu presiden Indonesia di mana hasil quick count menunjukkan pemenang yang berbeda dengan selisih persentase hasil yang cukup tinggi. Ternyata bukan hanya media massa saja yang bisa disetir, tetapi juga lembaga survei. Apakah masyarakat Indonesia sekarang ini sudah tidak lagi mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang benar-benar akurat dan objektif? Apakah media massa sekarang tidak bisa terlepas dari kepentingan politik di baliknya? Jangan tanyakan pada saya, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
                Kini, walaupun secara de facto pasangan Jokowi-JK sudah terpilih menjadi presiden dan wakil presiden berikutnya, hawa panas sepertinya belum mereda. Kabarnya kini kubu pasangan Prabowo-Hatta mengundurkan diri sebelum pengumuman hasil selesai dibacakan dan menolak hasil pemilu tersebut serta akan menggugatnya ke MK karena disinyalir terjadi berbagai kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu. Sekali lagi saya katakan bahwa saya orang yang buta hukum dan politik sehingga saya tidak tahu apakah  tindakan yang dilakukan tersebut benar atau tidak. Hanya saya ingin menyadur kata-kata dari Gus Sholah yakni “Sing menang aja umuk, sing kalah aja ngamuk” yang berarti “Yang menang jangan sombong, yang kalah jangan marah”.
                Untuk Pak Jokowi-JK, selamat mengemban amanah baru anda. Ingatlah janji-janji anda ketika kampanye kemarin dan selalu ingat pak bahwa menjadi pemimpin itu suatu amanah yang nantinya akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Saya senantiasa berdoa semoga anda berdua selalu dikelilingi orang-orang baik. Sukses.