Setelah melalui
masa kampanye dan pemilu yang cukup menguras emosi para warga Indonesia, maka
pada tanggal 22 Juli lalu telah kita ketahui bersama bahwa presiden terpilih
Indonesia untuk periode tahun 2014-2019 adalah yang terhormat Bapak Ir. Joko
Widodo atau yang biasa disapa dengan Pak Jokowi. Saya sebagai salah satu warga
Indonesia pertama-tama ingin mengucapkan selamat dari hati yang terdalam kepada
Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla yang
terpilih sebagai pasangan presiden dan wakil presiden Indonesia berikutnya.
Dalam
penyelenggaraan pemilu kali ini saya yang notabene orang awam di dunia
perpolitikan ingin menyoroti beberapa hal. Yang pertama adalah maraknya black campaign yang dilontarkan oleh
pendukung kedua pihak untuk menjatuhkan citra kubu lain terutama di jagad media
sosial. Tak dapat dipungkiri, politik tanpa adanya black campaign di zaman
sekarang ini memang nyaris mustahil. Jangankan
politik bernegara, politik di dunia kampus yang notabene berisi para
akedemisi pun acapkali terjadi saling senggol lawan (curhat sedikit hehe). Nah pada
pemilu 2014 ini kubu nomor urut 1 Prabowo-Hatta seringkali dihujam oleh isu
pelanggaran HAM 1998 di mana Pak Prabowo disinyalir ikut terlibat dalam
penculikan para mahasiswa, sedangkan pada kubu nomor urut 2 Jokowi-JK sering
dihujam oleh isu bahwa nanti saat akan terpilih nanti hanya akan menjadi
presiden boneka yang disetiri oleh Bu Megawati. Apakah isu-isu itu benar?
Pikirkan dan carilah sendiri jawabannya. Hanya saya ingin mengingatkan jangan
asal share berita saja tanpa tahu berita itu benar atau tidak. Ingatlah bahwa
memfitnah itu lebih kejam daripada tidak memfitnah.
Kemudian
saya melihat bahwa keberpihakan media massa di pemilu ini terasa begitu kental.
Yang paling mencolok dari semua media adalah m*tro tv dan tv on*. Hal tersebut
tak lain dikarenakan petinggi dari kedua media tersebut juga merupakan petinggi
partai pendukung pasangan capres-cawapres. Sudah menjadi pengetahuan bersama
bahwa petinggi m*tro tv, Surya P*loh, adalah ketua umum dari partai Nasdem pendukung
pasangan Jokowi-JK sedangkan petinggi tv on*, Aburiz*al Bakr*e, adalah ketua
umum dari partai Golkar pendukung pasangan Prabowo-Hatta. Sebenarnya sudah
sejak lama hal ini saya prediksi akan terjadi apabila para penguasa-penguasa
media massa juga merupakan tokoh-tokoh di dunia perpolitikan. Pengetahuan saya
sewaktu masih duduk di bangku sekolah yaitu suatu berita haruslah objektif sepertinya hanya isapan jempol
belaka. Apabila sudah ada kepentingan tertanam maka segala cara pun terasa
halal. Masih ingat di benak kita sewaktu pemilu baru saja usai terdapat
perbedaan hasil quick count di antara media massa sehingga timbullah guyonan
“kamu presidennya versi m*tro tv apa versi tv on*?”. Saya tercengang karena seingat saya baru
pertama inilah terjadi pada pemilu presiden Indonesia di mana hasil quick count
menunjukkan pemenang yang berbeda dengan selisih persentase hasil yang cukup
tinggi. Ternyata bukan hanya media massa saja yang bisa disetir, tetapi juga
lembaga survei. Apakah masyarakat Indonesia sekarang ini sudah tidak lagi
mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang benar-benar akurat dan objektif?
Apakah media massa sekarang tidak bisa terlepas dari kepentingan politik di
baliknya? Jangan tanyakan pada saya, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
Kini,
walaupun secara de facto pasangan Jokowi-JK sudah terpilih menjadi presiden dan
wakil presiden berikutnya, hawa panas sepertinya belum mereda. Kabarnya kini
kubu pasangan Prabowo-Hatta mengundurkan diri sebelum pengumuman hasil selesai
dibacakan dan menolak hasil pemilu tersebut serta akan menggugatnya ke MK
karena disinyalir terjadi berbagai kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu.
Sekali lagi saya katakan bahwa saya orang yang buta hukum dan politik sehingga
saya tidak tahu apakah tindakan yang
dilakukan tersebut benar atau tidak. Hanya saya ingin menyadur kata-kata dari Gus
Sholah yakni “Sing menang aja umuk, sing kalah aja ngamuk” yang berarti “Yang
menang jangan sombong, yang kalah jangan marah”.
Untuk
Pak Jokowi-JK, selamat mengemban amanah baru anda. Ingatlah janji-janji anda
ketika kampanye kemarin dan selalu ingat pak bahwa menjadi pemimpin itu suatu
amanah yang nantinya akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Saya senantiasa berdoa semoga anda berdua selalu dikelilingi orang-orang baik. Sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar