Selasa, 02 Mei 2017

Rentetan Drama di Tour de Pangandaran 8 (Part 3)


Minggu, 23 April 2017
Jalan-jalan time! Seperti biasanya alarm spongebob-ku membangunkanku jam 4 pagi. Dengan masih setengah sadar aku pun turun dari kasur dan segera mematikannya. Lalu? Molor lagi wkwk. Masih ngantuk cuy. Aku baru benar-benar setelah dibangunkan Tami sekitar pukul 05.00 pagi. Singkat cerita kami semua telah siap pergi berburu sunrise ke Pantai Timur Pangandaran jam 05.30. Eh, enggak semua ding. Si Avit yang masih ngantuk memutuskan lebih memilih molor lagi. Baiklaah.

Di perjalanan menuju ke Pantai Timur kami disapa oleh salah satu pesepeda lain bernama Om Ayung Liem. Beliau pun berbaik hati menemani dan menyarankan spot untuk menikmati sunrise. Setelah sampai beliau langsung pamit karena ternyata ada janjian dengan teman lain. Ah, untunglah kami masih sempat melihat sunrise meski tak lama kemudian tertutup mendung lagi, hihi. Puas melihat sunrise dan aktivitas para nelayan sedang menarik jala (yang puanjang banget sampai bosen nungguinnya :p), kami berlima segera lanjut ke destinasi berikutnya yaitu Cagar Alam Pangandaran.
Sunrise di Pangandaran
Nelayan lagi menarik jala. Entah seberapa panjang itu jalanya :p
Tiket masuk ke Cagar Alam Pangandaran ini adalah sebesar Rp20.000,00 di hari libur. Selain ada hutan dengan berbagai faunanya dan berbagai gua yang aku sudah lupa namanya, di sini terdapat juga Pantai Pasir Putih yang cantik. Pantai Pasir Putih ini ternyata juga bisa diakses menggunakan perahu nelayan selain melalui cagar alam. Ah ya, kebetulan waktu berfoto di sini belum ada tamu lain yang datang sehingga malah berasa pantai privat :D
Salah satu sudut pantai
Pantai Pasir Putih
Like a private beach. Cool B)
Ada guanya juga
Katanya kalau cuci muka disini bisa awet muda, hmmm
Puas berkeliling, kami pun segera kembali ke hotel sekitar jam 9.00 mengingat masih ada satu personil yang tertinggal. Eladalah jebul si Avit masih molor aja ckck. Setelah mandi dan berkemas, kami segera check out dari hotel sekitar pukul 11.00 untuk kemudian main sebentar ke Pantai Barat Pangandaran sebelum pulang. Di sini lagi-lagi kami bertemu pesepeda lain yakni rombongan dari Batam dan juga para pentolan Bike2Work. Usai dari sana, kami memutuskan untuk makan siang di warung nasi goreng di sekitaran situ. Sewaktu makan tiba-tiba panitia yang mengurusi hotel kami mengechat Kak Ranz dan Miss Nana untuk memprotes kenapa kami malah check in di kamar AC dan menagih kekurangan biayanya. Lah gimana sih?? Kami kan kemarin udah nurut si pengantar bahwa kamar kami adalah nomor 20 dan 27. Kami juga udah berusaha mau tukar kamar tapi gak bisa gara-gara full booked. Kami juga udah bilang mau ngancel yang nomor 27 tapi katanya gak bisa. Dan waktu kami tanya sama panitia tersebut berapa kekurangan biaya kamarnya katanya sama. So???? Duh hal ini membuat kita langsung bete seketika itu juga. Drama lagi, drama lagi…
Bersiap check out
bersama om2 rempong B2W :p
Pelor Girls :D
Dengan masih uring-uringan kami pun segera menuju terminal untuk mencari Bus Budiman yang mengantarkan kami ke Tasikmalaya. Tarif bus yang kami dapatkan adalah sebesar Rp 80.000,00 dengan rincian 40.000 untuk tiket penumpang dan 40.000 lagi untuk tiket sepeda. Segera setelah kami naik semua, bus pun mulai melaju. Hujan deras mengguyur ketika bus mulai memasuki Kota Tasikmalaya. Ah, rencana kami untuk keliling Kota Tasik pun sirna sudah :( Pak kondektur bus yang baik hati pun menawari kami untuk turun di depan stasiun daripada di alun-alun sebagaimana rencana awal kami, tapi dengan syarat kami ikut dulu sampai bus selesai mutar dulu karena sebenarnya bus tidak melewati stasiun. Kami pun mengiyakan karena mengingat rempongnya meng-unfold sepeda di tengah hujan deras. Akhirnya kami tiba di stasiun sekitar pukul 17.30. Alhamdulillah bus benar-benar berhenti di depan stasiun sehingga kami hanya kehujanan sedikit ketika kami menggotong sepeda dan bawaan kami masuk ke stasiun. Terima kasih Pak Kondektur dan Pak Sopir :)
Sepeda dalam bus
Udara yang dingin membuat kami semua mulai kelaparan. Kami dibuat kebingungan lagi karena warung-warung makan di dekat stasiun sudah tutup semua. Malas juga untuk pergi jauh karena harus meng-unfold sepeda. Di tengah kegalauan yang melanda terdengarlah suara ‘tek.. tek.. tek.. tek..’ penyelamat jiwa raga. Penjual nasi goreng lewat! Dengan suka cita kami pun segera memanggil penjual nasi goreng tersebut dan menikmati makan malam di warung kelontong depan stasiun yang ternyata milik orang Surabaya. Bertemu dengan sesama orang jawa di tanah sunda membuat kami sedikit bahagia di tengah ke’roaming’an kami dengan bahasa sunda yang terjadi beberapa hari ini hihihi.
Nggembel di depan stasiun
Sekitar pukul 20.00 kami segera boarding ke dalam peron stasiun untuk menunggu Kereta Kahuripan yang akan mengantarkan kami ke Solo. Pukul 21.00 kereta pun datang dan dengan dibantu porter bersama staff CS kami menaikkan sepeda kami di gerbong. Fyuh, kini kami berenam harus rela duduk terpisah meski masih satu gerbong karena kereta benar-benar full. Sekitar pukul 04.00 pagi kami akhirnya tiba di Stasiun Purwosari Solo. Kami lagi-lagi harus unfold sepeda karena masih harus menuju ke Stasiun Balapan untuk menaiki Kereta Kalijaga jurusan Semarang-Solo. Ya, gara-gara kebijakan baru KAI yang tidak meneruskan rute KA Kalijaga ke Purwosari lagi kami harus rempong seperti ini. 
Gowes pagi buta dari Purwosari ke Balapan
Naik kereta kalijaga. Akhirnya balik Semarang!
Setelah melewati jalanan yang masih sepi (iyalah lha wong masih pagi buta), kami akhirnya tiba di Stasiun Balapan. Di sini aku, Tami, Avit, Mbak Hesti, dan Miss Nana berpisah dengan Kak Ranz yang notabene memang orang Solo. Kereta Kalijaga mulai meninggalkan Stasiun Purwosari pukul 05.20 dan singkat cerita kami tiba kembali di Stasiun Poncol Semarang pukul 08.15. Akhirnya tiba ke Semarang lagi dan ini (semoga) menjadi akhir dari drama berkepanjangan kami :’)

Mau kemana lagi ya? :D


(The End)
.
.
.
Part 1 : klik di sini
Part 2 : klik di sini