Jalan-jalan time! Seperti
biasanya alarm spongebob-ku membangunkanku jam 4 pagi. Dengan masih setengah
sadar aku pun turun dari kasur dan segera mematikannya. Lalu? Molor lagi wkwk.
Masih ngantuk cuy. Aku baru benar-benar setelah dibangunkan Tami sekitar pukul
05.00 pagi. Singkat cerita kami semua telah siap pergi berburu sunrise ke
Pantai Timur Pangandaran jam 05.30. Eh, enggak semua ding. Si Avit yang masih
ngantuk memutuskan lebih memilih molor lagi. Baiklaah.
Di perjalanan menuju ke Pantai
Timur kami disapa oleh salah satu pesepeda lain bernama Om Ayung Liem. Beliau
pun berbaik hati menemani dan menyarankan spot untuk menikmati sunrise. Setelah
sampai beliau langsung pamit karena ternyata ada janjian dengan teman lain. Ah, untunglah
kami masih sempat melihat sunrise meski tak lama kemudian tertutup mendung
lagi, hihi. Puas melihat sunrise dan aktivitas para nelayan sedang menarik jala
(yang puanjang banget sampai bosen nungguinnya :p), kami berlima segera lanjut
ke destinasi berikutnya yaitu Cagar Alam Pangandaran.
Sunrise di Pangandaran |
Nelayan lagi menarik jala. Entah seberapa panjang itu jalanya :p |
Tiket masuk ke Cagar Alam
Pangandaran ini adalah sebesar Rp20.000,00 di hari libur. Selain ada hutan dengan
berbagai faunanya dan berbagai gua yang aku sudah lupa namanya, di sini
terdapat juga Pantai Pasir Putih yang cantik. Pantai Pasir Putih ini ternyata
juga bisa diakses menggunakan perahu nelayan selain melalui cagar alam. Ah ya,
kebetulan waktu berfoto di sini belum ada tamu lain yang datang sehingga malah
berasa pantai privat :D
Salah satu sudut pantai |
Pantai Pasir Putih |
Like a private beach. Cool B) |
Ada guanya juga |
Katanya kalau cuci muka disini bisa awet muda, hmmm |
Puas berkeliling, kami pun segera
kembali ke hotel sekitar jam 9.00 mengingat masih ada satu personil yang
tertinggal. Eladalah jebul si Avit masih molor aja ckck. Setelah mandi dan
berkemas, kami segera check out dari hotel sekitar pukul 11.00 untuk
kemudian main sebentar ke Pantai Barat Pangandaran sebelum pulang. Di sini
lagi-lagi kami bertemu pesepeda lain yakni rombongan dari Batam dan juga para
pentolan Bike2Work. Usai dari sana, kami memutuskan untuk makan siang di warung
nasi goreng di sekitaran situ. Sewaktu makan tiba-tiba panitia yang mengurusi
hotel kami mengechat Kak Ranz dan Miss Nana untuk memprotes kenapa kami malah
check in di kamar AC dan menagih kekurangan biayanya. Lah gimana sih?? Kami kan
kemarin udah nurut si pengantar bahwa kamar kami adalah nomor 20 dan 27. Kami
juga udah berusaha mau tukar kamar tapi gak bisa gara-gara full booked. Kami
juga udah bilang mau ngancel yang nomor 27 tapi katanya gak bisa. Dan waktu kami
tanya sama panitia tersebut berapa kekurangan biaya kamarnya katanya sama.
So???? Duh hal ini membuat kita langsung bete seketika itu juga. Drama lagi,
drama lagi…
Bersiap check out |
bersama om2 rempong B2W :p |
Pelor Girls :D |
Dengan masih uring-uringan kami
pun segera menuju terminal untuk mencari Bus Budiman yang mengantarkan kami ke
Tasikmalaya. Tarif bus yang kami dapatkan adalah sebesar Rp 80.000,00 dengan
rincian 40.000 untuk tiket penumpang dan 40.000 lagi untuk tiket sepeda. Segera
setelah kami naik semua, bus pun mulai melaju. Hujan deras mengguyur ketika bus
mulai memasuki Kota Tasikmalaya. Ah, rencana kami untuk keliling Kota Tasik pun
sirna sudah :(
Pak kondektur bus yang baik hati pun menawari kami untuk turun di depan stasiun
daripada di alun-alun sebagaimana rencana awal kami, tapi dengan syarat kami
ikut dulu sampai bus selesai mutar dulu karena sebenarnya bus tidak melewati
stasiun. Kami pun mengiyakan karena mengingat rempongnya meng-unfold sepeda di
tengah hujan deras. Akhirnya kami tiba di stasiun sekitar pukul 17.30.
Alhamdulillah bus benar-benar berhenti di depan stasiun sehingga kami hanya
kehujanan sedikit ketika kami menggotong sepeda dan bawaan kami masuk ke
stasiun. Terima kasih Pak Kondektur dan Pak Sopir :)
Sepeda dalam bus |
Udara yang dingin membuat kami
semua mulai kelaparan. Kami dibuat kebingungan lagi karena warung-warung makan
di dekat stasiun sudah tutup semua. Malas juga untuk pergi jauh karena harus
meng-unfold sepeda. Di tengah kegalauan yang melanda terdengarlah suara ‘tek..
tek.. tek.. tek..’ penyelamat jiwa raga. Penjual nasi goreng lewat! Dengan suka
cita kami pun segera memanggil penjual nasi goreng tersebut dan menikmati makan
malam di warung kelontong depan stasiun yang ternyata milik orang Surabaya. Bertemu
dengan sesama orang jawa di tanah sunda membuat kami sedikit bahagia di tengah
ke’roaming’an kami dengan bahasa sunda yang terjadi beberapa hari ini hihihi.
Nggembel di depan stasiun |
Sekitar pukul 20.00 kami segera
boarding ke dalam peron stasiun untuk menunggu Kereta Kahuripan yang akan
mengantarkan kami ke Solo. Pukul 21.00 kereta pun datang dan dengan dibantu
porter bersama staff CS kami menaikkan sepeda kami di gerbong. Fyuh, kini kami
berenam harus rela duduk terpisah meski masih satu gerbong karena kereta
benar-benar full. Sekitar pukul 04.00 pagi kami akhirnya tiba di Stasiun
Purwosari Solo. Kami lagi-lagi harus unfold sepeda karena masih harus menuju ke
Stasiun Balapan untuk menaiki Kereta Kalijaga jurusan Semarang-Solo. Ya, gara-gara
kebijakan baru KAI yang tidak meneruskan rute KA Kalijaga ke Purwosari lagi
kami harus rempong seperti ini.
Gowes pagi buta dari Purwosari ke Balapan |
Setelah melewati jalanan yang
masih sepi (iyalah lha wong masih pagi buta), kami akhirnya tiba di Stasiun
Balapan. Di sini aku, Tami, Avit, Mbak Hesti, dan Miss Nana berpisah dengan Kak
Ranz yang notabene memang orang Solo. Kereta Kalijaga mulai meninggalkan
Stasiun Purwosari pukul 05.20 dan singkat cerita kami tiba kembali di Stasiun
Poncol Semarang pukul 08.15. Akhirnya tiba ke Semarang lagi dan ini
(semoga) menjadi akhir dari drama berkepanjangan kami :’)
Mau kemana lagi ya? :D |
(The End)
.
.
.
Part 1 : klik di sini
Part 2 : klik di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar