Jumat, 05 September 2014

Menikmati Festival 5 Gunung dan Candi Selogriyo di Magelang

Seminggu yang lalu, tanggal 23-24 Agustus 2014, aku berkesempatan mengunjungi Magelang. Tujuan utamaku ke sana yaitu menonton Festival Lima Gunung yang tahun ini diselenggarakan di Dusun Warangan, Desa Muneng, Kecamatan Pakis yang berada di kaki Gunung Merbabu. Bagi yang belum tahu, Festival Lima Gunung adalah festival yang setiap tahun diadakan oleh Komunitas Lima Gunung, suatu paguyuban komunitas-komunitas kesenian di Magelang, sebagai ajang untuk menampilkan berbagai kesenian rakyat seperti tari-tarian dan lukisan. Makna dari lima gunung itu sendiri merujuk pada lima buah gunung yang terdapat di Kabupaten Magelang yaitu Gunung Merbabu, Merapi, Andong, Sumbing, dan Menoreh.

Aku ke sana bersama 3 orang temanku yaitu Mbak Putri, Mbak Tata, dan Mbak Etha. Mbak Tata dan Mbak Etha berangkat ke Magelang tanggal 23 Agustus pagi, sedangkan aku dan Mbak Putri menyusul sore harinya sekitar pukul 15.30 sore. Terima kasih aku ucapkan pada sang pencipta Google Maps yang telah berhasil menciptakan teknologi yang menolongku sebagai navigator ke tempat acara karena notabene aku dan Mbak Putri sama sekali awam tentang daerah situ. Setelah melewati jalanan yang gelap gulita sekian lama (ini mengingatkanku saat dulu pergi ke Blora, tapi untungnya jalanannya gak separah di Blora), aku dan Mbak Putri berhasil menemukan tempat jalannya festival sekitar jam 19.00 dan selanjutnya bergabung bersama Mbak Tata dan Mbak Etha yang sudah tiba duluan di lokasi. Fyi, ternyata semua rumah di kampung tersebut terbuka lebar untuk para tamu yang ingin beristirahat maupun menginap selama berjalannya festival.

Setelah beristirahat sejenak dan makan malam di rumah salah satu warga di sana, kami pun beranjak untuk melihat-lihat festival. Pertama-tama kami melihat pameran lukisan dan topeng di salah satu sudut jalan. Dan entah kenapa aku merasa tertarik pada salah satu lukisan di sana yang melukiskan seorang kyai berbaju putih dan seorang pemuda berwarna abu-abu yang saling berpunggungan. Entah apa maksud dari lukisan tersebut, tapi suka saja melihatnya.

Lukisan sang kyai putih dan pemuda abu-abu
Selanjutnya kami pun segera menuju ke panggung terbuka tempat menampilkan berbagai tarian yang berasal dari berbagi sanggar maupun komunitas seni. Jadi, memang setiap kelompok seni boleh mendaftar untuk mengisi acara di festival lima gunung ini dengan syarat harus mau menanggung sendiri segala akomodasinya karena panitia tidak menyediakannya. Kenapa? Karena ternyata dalam penyelenggaraan festival ini para panitia tidak mau disponsori oleh pihak luar sehingga festival ini murni berasal dari kerja keras para panitia. Hal ini memang sengaja dilakukan agar membuka mata dunia bahwa pagelaran seni tidak melulu berurusan dengan uang. Tanpa mengajukan proposal apapun kepada siapapun mereka tetap bisa rutin menyelenggarakan festival ini dengan bagus. Salut.

Berbagai hal unik terjadi saat pementasan tari berlangsung. Salah satunya adalah ketika saat pertunjukan tari topeng sekumpulan penari wanita telah berbaring di tanah menunggu musik mengalun. Keanehan terasa saat mbak-mbak tersebut sudah berbaring lama tetapi musik masih belum juga mulai sampai ada nenek-nenek yang berdiri di belakangku nyeletuk "loh eh mbak malah podo turunan, orak katisen?" wkwkwk lucu lucu. Ternyata eh ternyata peralatan soundnya bermasalah para permirsa, sehingga dengan agak dongkol mbak-mbak tersebut kembali ke belakang panggung sambil menunggu sound dibetulkan. Setelah MC berbasa-basi sebentar sound pun kembali normal dan pertunjukan tari topeng yang tadi sempat tertunda dimulai kembali. Kejutan pun kembali terjadi saat seorang penari laki-laki di tari topeng tersebut menghampiri tempat dudukku yang memang sedang ndeprok di depan sendiri dan kemudian mas tersebut dengan anteng menunggu gilirannya tampil kembali di samping tempatku duduk dengan masih berposisi menari. Niat jahilku pun timbul. Dengan setengah berbisik aku mengobrol dengan Mbak Tata menggosipkan mas penari tersebut yang aku tahu pasti masnya masih bisa mendengar. Tidak cukup sampai disitu, aku pun memanfaatkan momen langka tersebut dengan ber-selfie ria, hihi. Sampai sekarang aku masih penasaran dengan wajah yang ada di balik topeng tersebut. Apakah masnya marah sama aku ya sudah aku ganggu? Soalnya entah sengaja atau tidak saat masnya melangkah ingin ke tengah panggung kembali kakiku disampar sama masnya, haha.
Mbak penari cukup lama terbaring di tanah seperti itu
Selfie sama mas penari dulu

Saat jam sudah menunjukkan pukul 21.00 kami pun beranjak pulang ke rumah nenek Mbak Tata yang memang tinggal di Magelang agar tidak kemalaman. Sebenarnya kami ditawari untuk menginap saja di rumah warga tempat kami makan malam tadi, tapi kami terpaksa menolaknya karena nenek Mbak Tata sudah memasak buat kami ({}). Sesampainya di rumah nenek Mbak Tata kami pun makan malam dan pergi tidur untuk mengumpulkan tenaga demi jalan-jalan esok harinya.

Hari II, 24 Agustus 2014
Berdasarkan kesepakatan kami kemarin malam sebelum tidur, kami memutuskan untuk tidak jadi kembali menyaksikan festival lima gunung pada hari ini karena mempertimbangkan festival baru kembali berlangsung jam 13.00 sedangkan estimasi kami pulang ke Semarang adalah pukul 14.00. Sebagai gantinya kami pun pergi ke Candi Selogriyo yang berada tidak jauh dari rumah nenek Mbak Tata.

Tidak jauh memang, tapi medan kesananya sungguh "wow". Setelah melewati loket karcis masuk ke candi, kami disuguhi jalanan setapak yang sempit yang hanya muat dilewati satu motor saja. Tergelincir sedikit saja alamat kami harus masuk ke jurang di samping yang telah menjadi areal persawahan. Tidak terlalu dalam memang, tetapi cukup bisa membuat ngeri. Tetapi hal ini sungguh terobati dengan pemandangan yang terpampang di sepanjang perjalanan. Lautan hijau persawahan dan perbukitan yang indah menemani perjalanan kami sampai rasa-rasanya aku terhipnotis akan keindahan alam yang terpampang di depan mataku.

Sesampainya di kompleks Candi Selogriyo, kami pun segera berkeliling untuk mengamati satu-satunya bangunan candi yang ada di sana. Mbak Etha, yang notabene merupakan lulusan ilmu sejarah, dengan senang hati menjelaskan kepada kami berbagai makna yang terkandung dalam bangunan candi tersebut. Lumayan tour guide gratis, hehehe. Tak lama saat kami masih rehat di rerumputan kami melihat ada sepasang bule yang datang. Mbak Tata dengan semangat '45 pun mengajak kami untuk menghampiri pasangan bule tersebut untuk berbincang-bincang. Dari obrolan mereka, fyi aku gak ikutan ngobrol dan hanya menjadi pendengar setia (englishku masih berantakan -_-), aku mendapatkan info bahwa mereka berasal dari sebuah kota kecil di dekat Barcelona, Spanyol yang tepatnya aku lupa nama kotanya. Mereka dengan ramah bercerita ke kami tentang tempat-tempat apa saja yang telah mereka kunjungi di Indonesia, kesan-kesan mereka tinggal di Indonesia, dan juga bercerita bagaimana keadaan kota tempat mereka tinggal di Spanyol. Perbincangan kami tak berlangsung lama karena mereka harus melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta. Tak berapa lama setelah mereka pamit, kami pun juga bergegas pulang ke rumah nenek Mbak Tata untuk bersiap-siap pulang ke Semarang.


Sebelum kembali ke Semarang kami pun menyempatkan diri berkunjung ke Syang Art Space, semacam galeri lukisan, karena Mbak Tata ngebet banget pingin ke sana hehe. Setelah puas melihat-lihat lukisan di sana kami pun makan bakso kerikil di Taman Badakan. Seperti namanya, bakso kerikil itu ukurannya kecil-kecil seperti kerikil tapi jumlahnya banyak semangkuk, apalagi kalau belinya kosongan. Perut kenyang, hati pun riang. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan kembali ke kota kami tercinta, Semarang.
Bye, Magelang ^^
Narsis bersama bule di pelataran Candi Selogriyo

Di depan Syang Art Space

Minggu, 17 Agustus 2014

Berjilbab

Pagi tadi aku dan teman-temanku berbincang-bincang ringan di kos salah satu temanku. Setelah ngobrol ngalor-ngidul gak jelas mulai dari pilpres, mamah dedeh, sampai gosip tentang asmirandah-jonas (maklum ibuk-ibuk :v), obrolan pun mulai menyangkut mengenai jilbab. Yesss sekarang kan lagi booming-boomingnya istilah “jilboobs” kan ya? Yaitu di mana seorang wanita mengenakan jilbab tetapi malah tidak menutupi dadanya. Temenku bilang “Jadi cewek sekarang itu memang susah. Gak pake jilbab digunjing, pake jilbab yang pendek juga digunjing, nah giliran pake jilbab yang lebar juga banyak yang nggunjing.” Terus kudu piye? Hehe.

Sebenarnya jujur aku juga agak ragu sih buat nulis mengenai ini secara aku juga sadar diri kalau cara berjilbabku belum sempurna. Yah bisa dibilang berpakaianku masih acakadut. Tapi nah itu aku pengen ngeshare aja mengenai pandanganku yang mana aku masih seorang “newbie” dalam mengenakan jilbab. Jadi, harap maklumi saja ya hehe.

Cerita sekilas dulu, aku mulai mengenakan jilbab baru saat mulai memasuki awal perkuliahan di mana itu memang nadzarku sewaktu SMA. Sebenarnya niatan untuk berjilbab sudah tercetus semenjak SMA tetapi dengan berbagai alasan yang mungkin dirasuki setan-setan ke pikiranku sehingga akhirnya tertunda sampai kuliah. Awal-awal mengenakan jilbab sih gak ada masalah yang sering menghantui pikiranku sebelum make, paling cuman temen2 lama nyeletuk “ciyee sekarang udah pake jilbab.” Alhamdulillah di kalangan keluarga maupun pergaulan semuanya mendukung J

Karena masih baru itulah aku masih dalam proses penyempurnaan penggunaan jilbab sesuai dengan syariat, belum bisa (apa belum mau ya?) seperti teman-teman yang memakai jilbab lebar dan gamis. Jujur sih aku masih nyaman memakai kemeja/kaos dan celana jeans karena merubah penampilan secara drastis itu masih susah menurutku dan mungkin menurut teman-teman muslimah lain yang masih “newbie” sepertiku. Makanya kadang agak gimana gitu kalo di media-media sosial atau media massa ada orang yang mengujat, yang terkadang dengan agak kasar,  muslimah yang belum sempurna jilbabnya. Pernah suatu hari aku nonton acara gosip (duh ketauan :p) ada pedangdut senior wanita gitu yang mengomentari tentang fenomena jilboobs begini kira-kira, “Daripada jilbaban gak bener gitu, mending gak usah pake sekalian aja”. Duh kok malah nganjurin copot jilbab ya? Bukannya malah jadi ingin memperbaiki diri eee takutnya nanti malah para newbie jadi males pake jilbab lagi kan. Temenku pun ngasih wejangan, “Semuanya itu memang butuh proses kok. Kalo dipaksain langsung takutnya nanti malah jadi tertekan dan malah nyopot jilbab lagi kayak artis *piiiiiip*. Jadi pelan-pelan aja…”

Yah begitulah kiranya. Jadi buat saudara-saudara sekalian harap sekali lagi memaklumi karena proses yang dijalani setiap orang berbeda-beda. Nah lalu progress apa yang sudah berhasil aku lakukan? Umm sekarang sih berusaha terus kalo jilbaban harus sampai menutupi dada daaaaaan aku udah mulai pakai rok, haha. Itu udah termasuk luar biasa loh menurutku karena awal-awal pakai rok ke kuliah itu banyak temen yang ngomong “ciyee ciyee”, wuuuh. Doakan saja semoga semakin sempurna yah, aamiiiiin ^^


Buat teman-teman seperjuangan, tetap istiqomah pake jilbabnya~~~~~~~


Sabtu, 26 Juli 2014

Presiden dan Wakil Presiden Baru Indonesia

Setelah melalui masa kampanye dan pemilu yang cukup menguras emosi para warga Indonesia, maka pada tanggal 22 Juli lalu telah kita ketahui bersama bahwa presiden terpilih Indonesia untuk periode tahun 2014-2019 adalah yang terhormat Bapak Ir. Joko Widodo atau yang biasa disapa dengan Pak Jokowi. Saya sebagai salah satu warga Indonesia pertama-tama ingin mengucapkan selamat dari hati yang terdalam kepada Pak Jokowi  dan Pak Jusuf Kalla yang terpilih sebagai pasangan presiden dan wakil presiden Indonesia berikutnya.
                Dalam penyelenggaraan pemilu kali ini saya yang notabene orang awam di dunia perpolitikan ingin menyoroti beberapa hal. Yang pertama adalah maraknya black campaign yang dilontarkan oleh pendukung kedua pihak untuk menjatuhkan citra kubu lain terutama di jagad media sosial. Tak dapat dipungkiri, politik tanpa adanya black campaign di zaman sekarang ini memang nyaris mustahil. Jangankan  politik bernegara, politik di dunia kampus yang notabene berisi para akedemisi pun acapkali terjadi saling senggol lawan (curhat sedikit hehe). Nah pada pemilu 2014 ini kubu nomor urut 1 Prabowo-Hatta seringkali dihujam oleh isu pelanggaran HAM 1998 di mana Pak Prabowo disinyalir ikut terlibat dalam penculikan para mahasiswa, sedangkan pada kubu nomor urut 2 Jokowi-JK sering dihujam oleh isu bahwa nanti saat akan terpilih nanti hanya akan menjadi presiden boneka yang disetiri oleh Bu Megawati. Apakah isu-isu itu benar? Pikirkan dan carilah sendiri jawabannya. Hanya saya ingin mengingatkan jangan asal share berita saja tanpa tahu berita itu benar atau tidak. Ingatlah bahwa memfitnah itu lebih kejam daripada tidak memfitnah.
                Kemudian saya melihat bahwa keberpihakan media massa di pemilu ini terasa begitu kental. Yang paling mencolok dari semua media adalah m*tro tv dan tv on*. Hal tersebut tak lain dikarenakan petinggi dari kedua media tersebut juga merupakan petinggi partai pendukung pasangan capres-cawapres. Sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa petinggi m*tro tv, Surya P*loh, adalah ketua umum dari partai Nasdem pendukung pasangan Jokowi-JK sedangkan petinggi tv on*, Aburiz*al Bakr*e, adalah ketua umum dari partai Golkar pendukung pasangan Prabowo-Hatta. Sebenarnya sudah sejak lama hal ini saya prediksi akan terjadi apabila para penguasa-penguasa media massa juga merupakan tokoh-tokoh di dunia perpolitikan. Pengetahuan saya sewaktu masih duduk di bangku sekolah yaitu suatu berita haruslah objektif sepertinya hanya isapan jempol belaka. Apabila sudah ada kepentingan tertanam maka segala cara pun terasa halal. Masih ingat di benak kita sewaktu pemilu baru saja usai terdapat perbedaan hasil quick count di antara media massa sehingga timbullah guyonan “kamu presidennya versi m*tro tv apa versi tv on*?”.  Saya tercengang karena seingat saya baru pertama inilah terjadi pada pemilu presiden Indonesia di mana hasil quick count menunjukkan pemenang yang berbeda dengan selisih persentase hasil yang cukup tinggi. Ternyata bukan hanya media massa saja yang bisa disetir, tetapi juga lembaga survei. Apakah masyarakat Indonesia sekarang ini sudah tidak lagi mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang benar-benar akurat dan objektif? Apakah media massa sekarang tidak bisa terlepas dari kepentingan politik di baliknya? Jangan tanyakan pada saya, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
                Kini, walaupun secara de facto pasangan Jokowi-JK sudah terpilih menjadi presiden dan wakil presiden berikutnya, hawa panas sepertinya belum mereda. Kabarnya kini kubu pasangan Prabowo-Hatta mengundurkan diri sebelum pengumuman hasil selesai dibacakan dan menolak hasil pemilu tersebut serta akan menggugatnya ke MK karena disinyalir terjadi berbagai kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu. Sekali lagi saya katakan bahwa saya orang yang buta hukum dan politik sehingga saya tidak tahu apakah  tindakan yang dilakukan tersebut benar atau tidak. Hanya saya ingin menyadur kata-kata dari Gus Sholah yakni “Sing menang aja umuk, sing kalah aja ngamuk” yang berarti “Yang menang jangan sombong, yang kalah jangan marah”.
                Untuk Pak Jokowi-JK, selamat mengemban amanah baru anda. Ingatlah janji-janji anda ketika kampanye kemarin dan selalu ingat pak bahwa menjadi pemimpin itu suatu amanah yang nantinya akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Saya senantiasa berdoa semoga anda berdua selalu dikelilingi orang-orang baik. Sukses.


Kamis, 05 Juni 2014

BEJO

Salam Bejo!

"Waaah, bejo banget mau pas aku tibo orak sirahku disik sing keno aspal."
"Untung nilaiku sing remidi mung fisika tok. bejo banget ndyeeng...."

Sering kan mendengar ungkapan-ungkapan sejenis seperti itu?
Yah begitulah orang Jawa, dan mungkin suku-suku yang lain, yang sering mem"bejo-bejo"kan kondisi meskipun sebenarnya dia sedang mengalami musibah. Tapi aku rasa itu sah-sah saja karena itulah salah satu bentuk rasa syukur. Nah, dari kedua contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwa "kebejonan" itu relatif. Relatif terhadap bagaimanakah penilaian seseorang itu sendiri terhadap jalannya kehidupan. Mungkin saja menurut penilaian kita sendiri hidup kita sangatlah apes dan kita akhirnya seringkali menyalahkan Tuhan karena menganggap Dia tidak adil. Tapi mungkin di mata orang lain hidup kita dianggap sangatlah beruntung dibanding dengan kehidupan orang tersebut. Atau bisa juga sebaliknya, di mana orang lain menganggap kita adalah orang apes padahal kita sendiri merasa bahwa kita sedang "bejo" seperti contoh-contoh di atas.

Yah aku rasa orang yang selalu menganggap dirinya "bejo" adalah orang yang memang benar-benar bejo atau beruntung. Beruntung karena dia tidak kelelahan untuk berkeluh kesah dan beruntung dia tidak disibukkan diri dengan selalu memandang iri kehidupan orang lain. Hei, masih banyak hal yang lebih penting daripada itu kawan!~~

Anggaplah kalian adalah orang paling beruntung sedunia, syukurilah dan nikmatilah hidup, dan jadilah orang bahagia ^^




Rabu, 19 Februari 2014

Puisi "Kerendahan Hati", Karya Taufiq Ismail



"kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di pundak bukit,
jadilah belukar, tapi belukar yang baik, yang tumbuh di tepi danau.

kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
jadilah saja rumput, tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
jadilah saja jalan kecil
tapi jalan setapak yang
membawa orang ke mata air

tidak semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya..

bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
jadilah saja dirimu..

sebaik-baiknya dari dirimu sendiri"
-----------------------------------------------------------------------------

Jujur, aku bukanlah tipe orang yang menikmati sastra apalagi puisi. Tapi aku tertarik dengan puisi yang diciptakan oleh Taufiq Ismail tersebut ketika pertama kali membacanya. Ya, aku sangat merasa terpukau dan entah kenapa aku merasa tertusuk hati ketika mendalami isi dari puisi ini. Puisi ini secara garis besar mengungkapkan bahwa jadilah orang yang tetap menjadi diri kita sendiri, sebaik yang kita mampu, untuk menjadi orang yang hebat. Orang hebat bukan hanya orang-orang yang besar yang mempunyai kedudukan tinggi saja, tetapi orang kecil pun dapat menjadi orang yang hebat sesuai dengan profesi kita. Menjadi presiden itu hebat, tetapi menjadi seorang penjaga palang kereta api yang tak segan membentak pengendara yang nekat menerobos palang juga hebat. Menjadi dokter itu hebat, tetapi menjadi penyapu jalan yang setiap hari membuat jalanan bersih kembali juga sama-sama hebat. Intinya, menjadi hebat itu bukan diukur dengan seberapa prestise pekerjaanmu, tetapi seberapa bergunakah kamu bagi orang-orang di sekitarmu.

So, be the best of whatever you are!!!

Selasa, 18 Februari 2014

KKL ke Bandung

Alhamdulillah perjalanan kami, mahasiswa prodi Pendidikan Fisika UNNES angkatan 2012, selama KKL berjalan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Yap kami baru saja menjalani KKL (Kuliah Kerja Lapangan) selama 4 hari di Bandung dari tanggal 10-14 Februari 2014. Awal mulanya diadakan voting untuk menentukan tempat KKL apakah ke Jabar apa ke Jatim dan sebetulnya hasil voting condong ke Jatim, tapi apa daya para dosen pembimbing menginginkan untuk ke Jabar. Byee byee BNS T.T
Tapi gak apalah, Jabar asik juga kok ternyata hehe ^^

Hari I, 10 Februari 2014

Di dalam bus
Hari ini adalah hari pemberangkatan kami dari Semarang menuju ke Bandung. Pertama2 kami dikumpulkan di lapangan depan masjid rektorat untuk upacara pemberangkatan dan absen peserta sekitar jam 14.00-15.00. Setelah doa bersama agar diberi keselamatan selama perjalanan dan absen selesai, para peserta dan dosen pembimbing pun naik ke bis masing-masing yang notabene berjumlah 3 buah. Kebetulan aku mendapat jatah naik bus 3 bersama sebagian besar teman2 cewek rombel 1. Sebenarnya rombelku sih udah janjian naik bus 2, tapi apa daya waktu pembagian tempat duduk smsku pending jadi aku kehabisan tempat duduk di bus 2 ._. Well akhirnya banyak temen2ku menemani aku di bus 3 meskipun itu berarti harus berpisah dengan teman2 lain. Maafin ya T^T

Hari II, 11 Februari 2014

Pemandian air panas Ciater
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan diakibatkan kami melalui jalur pantura yang seperti sungai dikeringkan (a.k.a rusak berat) sepanjang malam, sampailah kami ke Bandung sekitar pukul 04.00 pagi. Destinasi pertama kami adalah Ciater, tepatnya di Pemandian Air Panas Sari Ater. Disni kami bisa merelaksasikan tubuh lelah kami sejenak dengan merasakan kenikmatan air panas di sana. Sayang, aku harus menahan diri untuk nyemplung ke dalam kolam karena aku gak mau mbawa baju basah selama perjalanan dan yaah kupikir agak gimana gitu ya kalo bareng cowok2 ._.a Alhasil aku hanya bisa merendamkan sebagian tangan dan kakiku saja, lumayan. Eits, ternyata dalam proses penyemplungan tubuh kami di air panas ada gejala fisikanya jg loh. Apa itu? Begini, awal mula kami nyemplung ke dalam air panas tentu saja kami merasa sangat kepanasan tetapi kok lama kelamaan kami merasa hangat-hangat saja dan merasa nyaman. Apakah itu berarti suhu airnya yang menurun? Tidak. Ternyata di antara tubuh kami dengan air terjadi perpindahan kalor di mana kalor pada air yang suhunya lebih panas mengalir ke tubuh yang bersuhu lebih dingin sampai terjadi kesetimbangan kalor. Nah di saat kesetimbangan itulah tubuh kami merasa tidak kepanasan lagi karena sebenarnya tubuh kami juga ikut menghangat. Hohoho begitulah ^^

Teleskop Zeiss
Setelah puas berendam dan mandi di ciater, kami pun melanjutkan perjalanan kami ke Observatorium BOSSCHA! Tau kan? Ya, Observatorium Bosscha adalah observatorium pertama dan satu-satunya yang ada di Indonesia. Di sana selain ada teleskop Zeiss, yaitu teleskop terbesar di sana yang berada di kubah putih yang terkenal itu, ternyata ada beberapa teleskop lain lagi yang ukurannya lebih kecil dan tersebar di wilayah Bosscha tersebut. Wew, aku pikir teleskop di Bosscha cuman satu yang di kubah itu doang hehe. Pertama kami memasuki suatu ruang multimedia di mana kami dijelaskan oleh seorang mas-mas tentang Observatorium Bosscha dan alam semesta. Setelah itu, masuklah rombongan kami ke dalam kubah putih tempat teleskop Zeiss berada. Amazing! Akhirnya aku bisa melihat langsung teleskop yang dulu cuman bisa melihat dari buku maupun layar kaca. Di sana kami pun kembali mendapat penjelasan, kali ini dari seorang bapak-bapak, tentang bagaimana sistem kerja teleskop Zeiss tersebut. Sayang kami tidak mendapat kesempatan untuk menjajal langsung teleskop tersebut. Tapi kalo dipikir-pikir buat apa juga sih, lha wong kami ke sana siang hari ya mau liat apaan coba muehehehe.

Fira lagi nyoba salah satu permainan di Sundial
Kunjungan ke Bosscha pun usai dan kami kemudian menuju Sundial. Di Sundial ini terdapat berbagai alat-alat peraga interaktif fisika dan matematika yang cukup menyenangkan. Tidak lupa di sana terdapat pula jam matahari yang merupakan jam matahari terbesar di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Di Sundial ini ada satu permainan yang cukup menarik hatiku, yaitu meniti tali menggunakan sepeda layaknya di sirkus-sirkus. Tetapi berhubung aku mempunyai phobia terhadap ketinggian dan ditambah lagi wajah mas-mas penjaganya agak suntuk, aku pun mengurungkan niat untuk mencobanya dan lebih memilih bermain permainan-permainan yang lain. Jujur sampe sekarang masih nyesel kenapa enggak jadi naik sepeda itu T.T

Selesai dari Sundial ternyata waktu yang tersedia masih cukup banyak sebelum menuju ke hotel, sehingga ada inisiatiflah untuk pergi ke Cihampelas dulu. Cihampelas itu kayak Cibaduyut, tempat shopping gitu tapi bedanya di sana lebih terkenal dengan produk jeansnya dan lebih banyak factory outletnya. Oke, di sana aku gak dapet apa2 soalnya baru melangkah beberapa blok toko aku dan satu temanku memutuskan untuk kembali ke bus saja karena kurang tertarik. Setelah penantian yang cukup lama menunggu teman2 kembali ke bus, akhirnya kami menuju ke hotel untuk beristirahat. Akhirnya! Setelah mandi dan makan malam di hotel, aku bersama 2 temen sekamarku memutuskan jalan-jalan keluar karena pengen nyari toko tahu susu lembang yang kami lihat waktu perjalanan menuju ke hotel tadi. Tetapi setelah sekian lama berjalan kaki dan gak ketemu2 akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel lagi setelah shalat Isya' di Masjid Besar Lembang dan meninum secangkir sekoteng di pinggir jalan. Waktunya istirahat...

Hari III, 12 Februari 2014

Pegawai Pudak sedang membuat peralatan lab kimia
Berhubung kami sudah diberitahu sebelumnya bahwa hari ini kami harus sudah check-out dari hotel jam 5 pagi, aku dan teman-teman sekamarku sudah mulai bersiap-siap sejak jam 3 pagi meskipun dengan mata masih kriyip-kriyip. Setelah siap, kami pun turun ke bawah bersama teman-teman lainnya menuju ke bus untuk meneruskan perjalanan KKL kami. Tujuan pertama kami di hari ini adalah Pudak Scientific, yaitu pabrik tempat pembuatan alat-alat bantu pendidikan seperti kit-kit IPA, alat laboratorium, dan bahkan komponen pesawat terbang! Kami pun tiba di sana sekitar pukul 7 pagi dan ternyata kami harus menunggu dulu sampai jam 9 karena memang kami perizinannya jam 9. Ngeeek ternyata kepagian... Setelah penantian 2 jam yang cukup menjenuhkan akhirnya tibalah waktunya kami untuk masuk ke kawasan Pudak Scientific. Di sana kami dibagi menjadi 3 kelompok sesuai bus dan kemudian diajak berkeliling untuk melihat berbagai proses pembuatan berbagai alat-alat dimulai dari bahan mentah menjadi barang jadi yang kemudian siap dipacking untuk didistribusikan. Cukup melelahkan juga karena kami berkeliling dengan berjalan kaki selama kira-kira 2 jam, fyuuh.

Di depan Museum Geologi
Kemudian kami pun melanjutkan ke tempat kunjungan selanjutnya yaitu Museum Geologi. Museum Geologi ini terdiri dari lantai I dan lantai II. Di lantai I kami dapat melihat benda-benda yang menceritakan sejarah-sejarah kehidupan seperti berbagai batuan dan fosil dari berbagai zaman. Ada fosil dinosaurus juga loh :D Kemudian di lantai II terdapat ruang "manfaat dan bencana geologi" yang berisi berbagai pengetahuan tentang bencana-bencana alam beserta penggunaan bahan-bahan geologis serta ruang "sumber daya geologi" yang berisi tentang berbagai sumber daya yang dihasilkan bumi kita tercinta ini.

Saung Mang Udjo
Perjalanan kami berlanjut menuju ke Saung Mang Udjo, yaitu tempat pertunjukan kebudayaan Sunda khususnya angklung. Sebelum memasuki arena show, kami diberi tiket masuk berupa kalung miniatur angklung beserta kertas penjelasan show yang kemudian akan dicap untuk mendapatkan welcome drink :D Pertunjukan pun dibuka dengan pagelaran wayang golek singkat yang disajikan kocak oleh bapak dalang yang aku lupa namanya. Kemudian berturut-turut diisi dengan pertunjukan sunatan, tari topeng, dan pementasan angklung. Untuk pementasan angklung ini bagian terfavoritku adalah saat para penonton diberi angklung satu-satu untuk diajak bersama-sama memainkan berbagai lagu. Senaaaang ^^ Lalu, pertunjukan pun ditutup dengan menari bersama antara pemain dan penonton di pangggung.

Destinasi wisata terakhir kami merupakan cibaduyut. Yesss waktunya berburu oleh-oleh! Tapi berhubung waktu yang disediakan cuman 1,5 jam doang (bagi para cewek ini singkat banget, secara kalo ke mall aja bisa ngabisin waktu sepanjang hari haha) aku cuman dapet 3 kaos sama gantungan kunci buat dibagiin. Sebenarnya pengen beli boneka buat tak uyel-uyel, tapi kok bonekanya mainstream semua ya. Aku kan pengennya beli boneka "plants vs zombies" ("._.)/||

Tibalah waktunya kami pulang lagi menuju ke Semarang. Setelah makan malam di suatu restoran padang dan berkunjung di pusat oleh-oleh makanan, bus kami pun meluncur menyusuri jalanan menuju ke Kota Semarang sekitar pukul 10 malam.....

Hari IV, 13 Februari 2014

Setelah melewati perjalanan panjang semalaman, alhamdulillah kami selamat sampai ke kampus UNNES tercinta sekitar jam 7 pagi. Tenyata busku, bus 3, yang pertama sampai disana meninggalkan bus 2 yang baru sampai di Kendal dan bus 1 yang bahkan baru sampai Pekalongan. Amazing. Yah ini semua tentu tak terlepas dari jasa bapak sopir yang keren yang wuzz wuzz wuzzzz kalo nyopir. Two thumbups for you, pak!!! Akhirnya setelah dijemput bapak di kosnya lusi dan tiba di rumah, aku pun berhibernasi di kamarku tercinta sampai jam 8 malam.

--The End--

Minggu, 02 Februari 2014

Liburan ke Bonbin Mangkang

Hari Jumat kemaren tanggal 31 Januari 2014, yang bertepatan dengan imlek, aku sama 2 orang temenku sejak SMP (Tami dan Gita) berencana pergi liburan. Berawal dari bosannya kita berlibur ke tempat yang situ2 aja diputuskanlah untuk pergi ke Taman Margasatwa Semarang atau lebih dikenal sebagai Bonbin Mangkang. Fyi, mereka berdua belum pernah pergi kesana dan aku cuman pernah sekali kesana pas pembukaan bareng temenku Frida. Dikarenakan motornya Gita gak bisa dipake dan aku juga gak bisa naik motor (^^v) maka kami pun berangkat ke sana naik BRT (bus rapid trans) jurusan Mangkang dan kemudian turun di Terminal Mangkang yang notabene terletak di depan bonbin persis.

Sampailah kita di pintu gerbang masuk bonbin. Well, aku gak tau ini gara2 banjir apa gimana kok jalan masuk bonbin sekarang udah berlubang2 dan becek disana-sini -.- Skip skip skip, akhirnya kita sampai juga ke loket dan aku cukup terkejut karena harga karcis masuknya masih murah, cukup 5000 seorang :D Berpikir aja sih apakah dengan harga tiket segitu bisa mencukupi kebutuhan bonbin sehari2? Hmm mungkin disubsidi pemerintah kali ya :o

Waktunya masuk :D Kita pertama2 masuk ke ruangan panorama yang menampilkan hewan2 awetan gitu. Gak terlalu besar sih tapi lumayan baguslah~

 

Setelah berpuas diri berfoto-foto di sana kami pun melanjutkan perjalanan  memasuki bonbin. Hmm nampaknya belum ada perubahan signifikan semenjak aku pertama kali datang ke sini. Kami pun berkeliling melihat hewan-hewan yang ada di sana dan tak lupa memfoto2nya :)


Well, aku rasa Bonbin Mangkang sudah cukup lumayan untuk mengatasi dahaga para warga Semarang dan sekitarnya untuk mendapatkan tempat wisata yang terjangkau. Tetapi aku juga berpikir mungkin apabila sarana dan prasarananya lebih diperbaiki dan perawatan pada hewannya lebih ditingkatkan maka itu akan lebih baik. Berharapnya sih bisa jadi kebun binatang kayak Taman Safari atau Secret Zoo gitu, kan keren :) Jika Pemerintah Semarang benar2 serius dalam mencanangkan jargonnya "Semarang Setara" maka sudah sepatutnya tempat-tempat pariwisata di Semarang juga diperbaiki kualitasnya agar setara dengan kota lain. Caayooo!
lokasi : depan bonbin mangkang