Kamis, 29 Desember 2016

Bikecamping Impian di Pulau Panjang

Rencana ngecamp di Pulau Panjang, Jepara ini sebenarnya sudah direncanakan begitu lama. Seingatku sudah ada wacana ke sana saat gowes kartini bulan April yang lalu (ceritanya di sini). Karena berbagai kesibukan masing-masing, wacana ini hampir menguap begitu saja. Tetapi 'mak bedunduk' Kak Ranz mengajak kembali untuk camping di Pulau Panjang. Mau 'ngreyen' alat-alat camping yang baru dibelinya katanya. Sempat terkatung-katung akan ikut atau tidak karena aku baru sembuh dari sakit, akhirnya aku mengiyakan ikut juga. Itung-itung pemanasan buat ke cirebon. Pstt, cerita ke Cirebonnya nyusul yak.

Sabtu, tanggal 10 Desember 2016, para personil yang akan ikut berkumpul dahulu di depan Balaikota Semarang pukul 06.00 pagi. Kali ini yang ikut terdiri dari 11 orang yaitu aku, Tami, Avit, Mbak Hesti, Kak Ranz, Miss Nana, Arif, Afrel, Mas Uak, Om Edy, dan Mas Wahid (yang ikut bergabung dari Demak).Ah ya, kali ini si Avit naik motor untuk itung-itung bantu membawakan logistik. Setelah berkumpul semua, sekitar pukul 07.00 kami pun baru mulai berangkat. Kali ini kami memilih jalan memutar melewati Tlogosari kemudian ke Genuk untuk meghindari banjir di Kaligawe. Tak dinyana ternyata kami menemui banjir pula di daerah Genuk yang lebih parah, sehingga mau tak mau kami lebih memilih menerebos banjir di Kaligawe.
Foto sebelum berangkat
Kami pun tiba di soto langganan yang berada di kawasan Masjid Agung Demak sekitar pukul 10.00. Setelah menunaikan sarapan, kami segera melanjutkan perjalanan kembali tanpa foto-foto di Masjid Agung karena mengejar waktu. Kami khawatir tidak keburu mengejar kapal penyeberangan yang biasanya hanya sampai jam 4 sore. Mas Wahid pun mulai bergabung dengan rombongan di daerah Trengguli, Demak.
Mbak-mbak kuprus lagi ngrubungi Afrel si dedek emess :v
Hola!
Perjalanan selanjutnya berjalan lancar tanpa kendala berarti. Kami sempat berhenti sejenak di indomaret sebelum Welahan dan solat di masjid sebelahnya karena waktu dhuhur sudah tiba. Kali ini aku merasa agak kepayahan ketika tiba di tanjakan sebelum gerbang masuk Kota Jepara. Mungkin karena kali ini aku memakai sepeda lipat dan membawa pannier (NB : perjalanan ke Jepara sebelumnya aku memakai Orenj, sepeda MTB punya Miss Nana, dan aku merasa baik-baik saja ketika itu). Untunglah Mas Uak yang sudah sampai di gerbang berinisiatif balik lagi naik motor Avit untuk mendorongku dan Mbak Hesti yang ternyata juga sedang penyesuaian dengan selinya. Kami semua kira-kira tiba di gerbang Kota Jepara sekitar pukul 14.00.
Sampai di Jepara
Good job, oddie :*
Setelah berfoto-foto dan regrouping, kami pun langsung menuju ke Pantai Kartini. Setibanya di kawasan Pantai Kartini sekitar pukul 15.30, kami meminta tolong Avit, Tami, dan Mas Uak untuk membeli logistik di supermarket. Sementara itu, yang lainnya pun masuk ke Pantai Kartini untuk segera memesan tiket kapal penyeberangan. Oh ya, untuk yang mau menginap di Pulau Panjang, harga tiket kapal PPnya adalah Rp 30.000,00 per orang. Kami tidak perlu menambah biaya untuk sepeda ternyata. Saat kami sedang menyicil mengangkati sepeda dan barang-barang, rombongan yang membeli logistik pun tiba. Usai menempatkan diri di kapal, kami pun menyeberang ke Pulau Panjang. Hanya butuh waktu 10-15 menitan dari dermaga Pantai Kartini.
Siap-siap nyebrang
Wajah2 tak terkondisikan
Gerimis pun menyertai kami setibanya di Pulau Panjang. Dengan sedikit terburu-buru kami  menurunkan sepeda dan bergegas mencari tempat berteduh dahulu. Setelah gerimisnya cukup 'acceptable', kami kemudian mencari tempat yang cocok untuk camping. Dan pilihan kami jatuh di pantai di belakang tulisan pulau panjang agar dekat dengan spot foto, muahahaha. Kali ini kami menggunakan dua tenda besar double layer dan dua tenda kecil sigle layer. Usai mendirikan tenda, kami lalu bergantian mandi di toilet umum yang memang tersedia di sana. Ketika giliranku mandi, kulihat juga ada satu warung yang masih buka sampai malam. Hmm, lumayan juga kalau ada campingers yang kehabisan logistik. Ada tempat untuk ngecharge hape pula. Hujan pun benar-benar berhenti sekitar pukul 21.00. Sebagian teman memilih untuk memasak makanan, sedangkan aku? Tidur. Benar-benar 'pelor girl' wkwk.
Cepet-cepetan mendirikan tenda antara kubu cewek dan cowok. Go go girls!
Pating krumpyek :v
Akhirnya cewek pun membantu para cowok yang gak jadi2 tendanya :v
Suasana senja
Suasana di malam hari
Keesokan harinya aku bangun pukul 04.00 pagi. Saat keluar tenda, kulihat ada beberapa orang yang tidur di luar. Wew, padahal tenda sih kayaknya masih cukup-cukup aja. Berhubung setelah sekitar 15 menit aku menyuwung di luar belum ada juga yang bangun, aku pun memutuskan untuk masuk tenda lagi karena udara terasa cukup dingin. Sekitar pukul 5.00 barulah ada beberapa orang yang mulai bangun. Sembari bergantian mandi, kami mulai membuat minuman hangat dan memasak makanan disesuaikan keinginan masing-masing. Ada yang membuat mie, telur, nasi goreng, sosis, atau sarden. Ah ya, untuk nasi kami membelinya di warung yang buka tadi.
biking + camping = bikecamping :D
masak time~
Setelah kenyang, kami lalu bergantian bersepeda keliling pulau panjang. Ternyata hanya butuh sekitar 15 menitan untuk mengelilingi seluruh pulau dengan bersepeda santai. Sesudah itu, kami pun foto-foto bersama terlebih dahulu sebelum berkemas untuk pulang. Pukul 11.00 kami pun menuju dermaga kembali untuk kembali ke Pantai Kartini. Setelah berembug, kami memutuskan menyewa pick up saja untuk menghemat waktu dan energi untuk pulang. Kami menumpang di pick up tersebut sampai jalan lingkar Demak-Kudus. Hujan deras dari perbatasan Jepara ternyata belum reda setibanya kami di sini. Di sini kami pun mulai terpecah. Mas Wahid ikut pak sopir yang baik hati balik lagi ke Trengguli, Mas Uak ditemani Avit buru-buru pulang ke Semarang, dan sisa yang lainnya menuju ke rumah Afrel di Demak yang notabene tak jauh dari situ.
Ceritanya lagi ngadem di 'semak-semak'
Sepedaan keliling pulau
Gue yang jomblo disuruh motoin orang pacaran. Dunia memang kejam :v
Foto bersama dulu sebelum pulang
Loading is not a crime :p
Di rumah Afrel kami disambut dengan ramah oleh kedua orangtuanya. Kami juga disuguhi oleh teh hangat dan ayam bakar yang lezat. Alhamdulillah, penambah energi gratis :v . Sekitar pukul 17.00, kami pun pamit untuk segera melanjutkan perjalanan. Afrel pun menolak tawaran kedua orangtuanya naik mobil saja untuk pulang ke rumahnya di Sampangan dan memilih ikut bersepeda lagi dengan kami. Good boy wkwk. Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan ditemani hujan lebat sekitar 2 jam, aku pun sampai di rumah kembali dengan selamat.
Makan di rumah Afrel
So, kapan rencana kita bikecamping lagi? :D

Rabu, 14 Desember 2016

Curhatan tentang inisial "S"

S? Ya, skripsi. Satu kata yang tak asing bagi para mahasiswa, terutama untuk mahasiswa tua. Satu kata yang bila diucapkan cukup membuat orang yang sedang bahagia tiba-tiba menjadi badmood seketika. Satu kata yang bila digaungkan cukup membuat orang berpikir untuk lebih baik menikah saja. Terdengar sedikit lebay, tapi memang begitulah yang kurasa. Ah, skripsi.. mengapa kau harus ada?

Dulu sewaktu masih menjadi mahasiswa baru yang oenjoe, aku merasa heran dengan kakak-kakak yang stres ketika mengerjakan skripsi. Hei, memang apa susahnya membuat skripsi? Tinggal penelitian saja, terus dibuat laporannya begitu kan? Duh, maafkan adikmu yang dahulu nista ini kak.

Ketika sudah tiba giliranku membuat skripsi, barulah aku benar-benar mengerti mengapa skripsi bisa membuat orang setengah gila. Jadi beginilah cerita ‘cinta’ku dengan skripsi dimulai….
“Alkisah pada suatu hari yang cerah aku menemui salah satu dosen favoritku untuk meminta bantuan beliau menjadi dosbing utamaku. Meskipun aku tahu beliau sangat perfeksionis dan sibuk, sehingga hampir dipastikan lulusku akan lama. Tapi tak mengapa pikirku, karena aku memang ingin sekali dibimbing beliau. Dengan agak deg-degan aku pun mengajukan tema skripsi yang telah aku persiapkan kepada beliau dan… ditolak haha. Akhirnya beliau pun menawariku penelitian payung beliau dengan keuntungan aku hanya tinggal meneruskan penelitian sebelumnya, dipinjami printer, dan diberi modal untuk keperluan penelitian. Tawaran yang menarik bukan? Setelah berpikir sebentar, aku pun mengiyakan tawaran beliau.
Atas rekomendasi beliau pula, aku pun mendapat dosbing kedua yang tak lain dan tak bukan adalah dosen waliku sendiri. Fyi, doswalku ini terkenal susah ketika bimbingan skripsi. Yowes ndakpapa jalani saja, pikirku. Dan benar saja aku agak terseok-seok ketika bimbingan skripsi dengan beliau berdua. Yang dosen utama gampang ditemui, tetapi revisi berulang kali. Yang dosen kedua tidak terlalu banyak revisi, tetapi susah ditemui. Kombinasi yang klop kan?
Setelah bimbingan dan seminar proposol skripsi, akhirnya tiba saatnya aku untuk penelitian. Masalah timbul lagi karena ternyata materi pelajaran untuk penelitianku ternyata sudah terlewat di sekolah-sekolah. Ganti materi juga tidak mungkin karena aku terikat dengan materi pada penelitian sebelumnya. Satu-satunya solusi adalah aku harus melobi sekolah untuk diizinkan mengulang lagi materi tersebut demi keperluan penelitian. Beberapa sekolah yang aku sambangi pun mengutarakan keberatannya apabila harus mengulang materi pelajaran karena mereka juga mengejar waktu ujian. Titik ini merupakan titik terendahku dalam pengerjaan skripsi dan bahkan aku sempat ingin menyerah saja. Tetapi untunglah akhirnya ada sekolah yang mau menerimaku penelitian, yaitu SMA Negeri 5 Semarang dan SMA Kesatrian 2 Semarang. Penelitian pun berjalan lancar tanpa halangan yang begitu berarti. Dan bahkan kejutannya, ternyata guru fisika di SMA Kesatrian 2 Semarang adalah kakak tingkatku sendiri di kampus. Suatu kebetulan yang menyenangkan, bukan? Sungguh aku sangat amat berterima kasih kepada guru fisika di kedua sekolah tersebut yang telah mengizinkan aku penelitian. Terima kasih banyak Pak Tri dan Pak Pras :’D
Setelah penelitian, berarti saatnya kembali bimbingan. Menunggu dosen tanpa kepastian itu sudah hal yang biasa. Revisi tiada henti juga aku sudah mulai terbiasa. Aku sudah mencamkan dalam hati bahwa setelah berhasil penelitian, aku tidak boleh menyerah lagi. Allah sudah menolongku, jadi tak ada lagi alasanku untuk berputus asa.
Dan singkat cerita, tibalah waktuku untuk sidang skripsi. Lancar? Banget. Alhamdulillah meski aku mendapat penguji yang (katanya) killer, sidangku berjalan singkat dan aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Dan akhirnya aku pun berhasil diwisuda tanggal 29 November 2016 kemarin :)
Satu tim penelitian
Dibuatin meme sama temen waktu mau seminar proposal :"
Selesai sempro
Selesai penilitian. maap ngeblur cah :p
Selesai sidang
Waktunya wisuda :D
keluargaku
w/ temen2 fisika
w/ temen2 kkn
w/ temen2 velogirls semarang
w/ Lusi. Sidangnya bareng, wisudaannya pun sebelahan. Bosen gue :v
w/ Tami. Temen yang tau segala kegalauanku :*

Well, begitulah cerita tentang skripsiku. Apakah kamu bisa mendapat hikmah dari itu? Enggak? Yaudah, eike kan emang cuman mau curhat wkwk. Yang pasti, nikmati saja prosesnya dan jangan menyerah sama lembaran kertas berinisial ‘S’ itu. Ketika kau melihat kedua orang tuamu tersenyum bangga melihatmu bertoga, maka kau akan tahu bahwa perjuanganmu tidaklah sia-sia. Semangat!

Senin, 31 Oktober 2016

Pendakian Merbabu via Suwanting

Bulan September yang lalu, tepatnya tanggal 17-18, aku dan kawan-kawanku yaitu Fira, Mas Rendy, Satrio, dan Uud melakukan pendakian gunung lagi setelah sebelumnya mendaki Gunung Sumbing (ceritanya di sini). Kali ini tujuan kami adalah Gunung Merbabu via jalur Suwanting. Kami memilih jalur ini karena beberapa alasan,  yaitu :
1. Beberapa personil sudah pernah mendaki Merbabu via Selo dan Wekas, sehingga mereka menginginkan lewat jalur lain agar tidak bosan.
2. Ada sumber air di jalur pendakian.
3. Tergiur dengan review di beberapa website yang mengatakan pemandangan lewat sana itu ciamik.

Jumat, 16 September 2016
Malam ini kami semua berkumpul di rumahku terlebih dahulu untuk checking dan pembagian barang yang harus dibawa tiap-tiap personil. Setelah dirasa siap, kami pun menuju ke basecamp pertama kami, yaitu rumah Mas Adi (petugas perpustakaan di kampus :p), yang berada di Tuntang, Kab. Semarang. Di samping untuk menghemat waktu menuju ke Merbabu keesokan harinya, alasan kami menginap dulu di sana adalah agar dapat sarapan pagi gratis ekekekekeke. Makasih banyak loh Mas Adi dan sekeluarga :D

Fira dan dedek emeeeesh di rumah Mas Adi. Sumpah rasane pengen dibawa pulang itu dedek :3
Sabtu, 17 September 2016
Jam 3 dini hari aku sudah bangun dari tidur dan segera mandi mengingat rencana kami yang akan check out jam 5.30. Hmmm rencana tinggallah rencana... aku agak sedikit geregetan karena para cowok baru berhasil dibangunkan jam 5 pagi :" Setelah kami semua siap dan selesai sarapan, kami pun pamit untuk melanjutkan perjalanan sekitar pukul 7.30. Di tengah perjalanan kami menyempatkan ke Pasar Raya Salatiga dahulu untuk belanja logistik.

Akhirnya kami tiba di basecamp pendakian Suwanting yang notabene berada di daerah Kopeng sekitar pukul 9.00. Sesudah pemanasan, kami pun segera memulai pendakian sekitar pukul 9.30. Ohya, biaya pendakiannya sebesar Rp 17.500,- per orang ditambah Rp 5.000,- per motor.
Peta jalur pendakian Merbabu via Suwanting
Kami perlu waktu sekitar 45 menit untuk mencapai Pos 1 yang bernama Lembah Lempong. Sebenarnya ada juga jasa ojek dari basecamp sampai dekat Pos 1, tapi yaaah kami memilih hemat hehe. Setelah beristirahat sejenak, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Pos 2, yaitu Pos Bendera.
Pos 1, Lembah Lempong
Full team \m/
Kabut tebal mulai menemani kami di perjalanan. Sempat timbul kekhawatiran karena malam sebelumnya ternyata terjadi badai di puncak berdasarkan cerita pendaki yang kami temui di jalan. Yah kami semua berharap semoga alam masih mau mendukung kami.
Kabutnya tebeeel
Di perjalanan menuju Pos 2 ini kami menemui berbagai pos bayangan yaitu Lembah Gosong, Lembah Cemoro, Lembah Ngrijan, dan Lembah Mitoh. Ada juga pos air di antara Pos 1 dan Pos 2, tetapi ternyata tandon di sana kering. Mungkin saluran airnya terputus. Kami pun sampai di Pos 2 sekitar 14.00. Di sini kami beristirahat cukup lama sembari menunaikan solat duhur.
Uud di Pos 2
Setengah jam kemudian kami baru berjalan lagi menuju Pos 3. Tak jauh dari Pos 2 ini lagi-lagi sebenarnya ada pos air, tapi airnya sedikit dan cukup keruh. Kami memang sudah diberitahu pendaki lain bahwa kalau ingin mengambil air lebih baik di pos air di dekat Pos 3 saja karena airnya lebih bagus di sana. Baiklaah.. lanjut. Sekitar jam 16.00, kami memutuskan berhenti sejenak di daerah yang cukup lapang untuk menunaikan solat asar dahulu. Di sini kami lagi-lagi bertemu dengan pendaki yang akan turun. Kami pun diberitahu bahwa Pos 3 masih cukup jauh dan treknya nanti sungguh aduhai. Hmm, fine... *poker face*
Mulai memasuki hutan manding
Solat jangan sampai lupa
Dan ternyata pernyataan mereka bukanlah isapan jempol belaka. Trek yang kami lalui berikutnya sangat curam, sehingga di beberapa tempat diberikan bantuan tali pegangan. Sebenarnya apabila tidak ingin yang begitu curam, bisa juga lewat jalan memutar (kalau di peta yang seperti lambang McD, hehe). Tetapi karena kami ragu, akhirnya kami memutuskan lewat lurus saja. Well, trek ini ternyata benar-benar yang paling menguras tenaga sampai-sampai kami menjulukinya sebagai 'trek pemutus harapan' :p
Bang Satrio dan Mas Rendy sedang berjuang menaklukkan trek pemutus harapan :D
Saat maghrib kami baru sampai di pos air. Tenaga sudah terkuras, wajah pun sudah gak karuan bentuknya. Mung bisa mbatin, treknya tadi kok gitu amat yak :" Setelah mengambil air, kami pun segera melanjutkan perjalanan kembali ke Pos 3 karena sudah mulai gerimis. Dan alhamdulillah ternyata Pos 3 tidak terlalu jauh dari pos air tadi. Di Pos 3 ini ternyata sudah banyak juga tenda-tenda pendaki lain. Kami kemudian bergegas mendirikan tenda karena ingin segera masak dan beristirahat. Setelah makan mie dan minum minuman hangat, kami pun segera tidur untuk mengembalikan stamina.

Minggu,18 September 2016
Jam 3 pagi aku mulai terbangun karena mendengar suara gaduh di luar. Ah, ternyata para pendaki lain sedang bersiap summit attack mengejar sunrise. Aku yang memang masih malas bangun, memilih untuk bermain hape saja sembari menanti fajar. Memang aku dan kawan-kawan tidak terlalu antusias mengejar sunrise, lha wong bangun aja pada susah wkwk. Barulah sekitar jam 5 pagi kami mulai keluar tenda. "Wow, baguuuus!", teriakku di dalam hati melihat pemandangan di luar tenda. Di sana terlihat begitu gagah gunung Merapi yang seakan begitu dekat dan ada juga Gunung Sumbing-Sindoro yang tampak di kejauhan.
Selamat pagi
Suasana di Pos 3
Bunga Edelweis. Difoto boleh, dipetik jangan.
Baru sekitar pukul 6.00 kami mulai memasak untuk sarapan. Menu kali ini adalah nasi, sop, tempe goreng, dan telor goreng. Benar kata orang, apapun makanannya kalau dinikmati di atas gunung pasti rasanya enak hehe. Setelah kenyang dan bersiap-siap, kami pun mulai menuju puncak sekitar pukul 8.00.
Hai, Merapi!
Hai juga si kembar, Sindoro-Sumbing!
Sabana I
Kalo ini di Sabana II
Trio kwek-kwek
Papan tulis alternatif pengganti kertas. Cara bawanya? Gulung bersama matras ^^

Perjalanan kami akhirnya harus berhenti sampai di Sabana II saja karena kondisi beberapa personil kurang fit dan kami harus mengejar waktu untuk kembali ke Semarang karena seninnya kami semua mengajar (ya, kami semua kebetulan adalah guru). Tak apalah tak sampai puncak, karena mata kami sudah dimanjakan dengan pemadangan yang sungguh kewreeeen. Apalagi cuacanya cerah ceria, alhamdulillah ^^

Kami tiba kembali di tenda sekitar pukul 10.30. Sesudah berkemas-kemas, kami pun segera memulai perjalanan turun. Cuaca yang awalnya cerah ceria, tiba-tiba berubah menjadi mendung dan kemudian hujan deras di tengah-tengah perjalanan. Meski ternyata hujannya cuman sebentar, itu membuat perjalanan turun kami berubah menjadi dramatis. Ingat trek pemutus harapan? Naah.. kami harus melewati trek itu di saat turun dengan kondisi jalan yang sangat licin. Alhasil kami semua sering terpeleset, dan bahkan si Satrio hampir masuk jurang :")
Kalau ke puncak kayaknya bakal terkena kabut di atas. Fyuh...
Menuruni trek pemutus harapan yang super licin
Akhirnya kami semua tiba di basecamp kembali sekitar pukul 17.00. Tuntas makan dan membersihkan diri, kami pun segera pulang kembali ke Semarang agar tidak kemalaman di jalan. Yeeey~~~~ ^^