S? Ya, skripsi. Satu kata yang tak asing bagi para mahasiswa,
terutama untuk mahasiswa tua. Satu kata yang bila diucapkan cukup membuat orang
yang sedang bahagia tiba-tiba menjadi badmood seketika. Satu kata yang bila
digaungkan cukup membuat orang berpikir untuk lebih baik menikah saja.
Terdengar sedikit lebay, tapi memang begitulah yang kurasa. Ah, skripsi..
mengapa kau harus ada?
Dulu sewaktu masih menjadi mahasiswa baru yang oenjoe, aku
merasa heran dengan kakak-kakak yang stres ketika mengerjakan skripsi. Hei,
memang apa susahnya membuat skripsi? Tinggal penelitian saja, terus dibuat
laporannya begitu kan? Duh, maafkan adikmu yang dahulu nista ini kak.
Ketika sudah tiba giliranku membuat skripsi, barulah aku
benar-benar mengerti mengapa skripsi bisa membuat orang setengah gila. Jadi
beginilah cerita ‘cinta’ku dengan skripsi dimulai….
“Alkisah pada suatu hari yang cerah aku menemui salah satu
dosen favoritku untuk meminta bantuan beliau menjadi dosbing utamaku. Meskipun
aku tahu beliau sangat perfeksionis dan sibuk, sehingga hampir dipastikan
lulusku akan lama. Tapi tak mengapa pikirku, karena aku memang ingin sekali
dibimbing beliau. Dengan agak deg-degan aku pun mengajukan tema skripsi yang
telah aku persiapkan kepada beliau dan… ditolak haha. Akhirnya beliau pun
menawariku penelitian payung beliau dengan keuntungan aku hanya tinggal
meneruskan penelitian sebelumnya, dipinjami printer, dan diberi modal untuk
keperluan penelitian. Tawaran yang menarik bukan? Setelah berpikir sebentar,
aku pun mengiyakan tawaran beliau.
Atas rekomendasi beliau pula, aku pun mendapat dosbing kedua
yang tak lain dan tak bukan adalah dosen waliku sendiri. Fyi, doswalku ini
terkenal susah ketika bimbingan skripsi. Yowes ndakpapa jalani saja, pikirku.
Dan benar saja aku agak terseok-seok ketika bimbingan skripsi dengan beliau
berdua. Yang dosen utama gampang ditemui, tetapi revisi berulang kali. Yang
dosen kedua tidak terlalu banyak revisi, tetapi susah ditemui. Kombinasi yang
klop kan?
Setelah bimbingan dan seminar proposol skripsi, akhirnya
tiba saatnya aku untuk penelitian. Masalah timbul lagi karena ternyata materi
pelajaran untuk penelitianku ternyata sudah terlewat di sekolah-sekolah. Ganti
materi juga tidak mungkin karena aku terikat dengan materi pada penelitian sebelumnya.
Satu-satunya solusi adalah aku harus melobi sekolah untuk diizinkan mengulang
lagi materi tersebut demi keperluan penelitian. Beberapa sekolah yang aku
sambangi pun mengutarakan keberatannya apabila harus mengulang materi pelajaran
karena mereka juga mengejar waktu ujian. Titik ini merupakan titik terendahku
dalam pengerjaan skripsi dan bahkan aku sempat ingin menyerah saja. Tetapi
untunglah akhirnya ada sekolah yang mau menerimaku penelitian, yaitu SMA Negeri
5 Semarang dan SMA Kesatrian 2 Semarang. Penelitian pun berjalan lancar tanpa
halangan yang begitu berarti. Dan bahkan kejutannya, ternyata guru fisika di
SMA Kesatrian 2 Semarang adalah kakak tingkatku sendiri di kampus. Suatu
kebetulan yang menyenangkan, bukan? Sungguh aku sangat amat berterima kasih
kepada guru fisika di kedua sekolah tersebut yang telah mengizinkan aku
penelitian. Terima kasih banyak Pak Tri dan Pak Pras :’D
Setelah penelitian, berarti saatnya kembali bimbingan.
Menunggu dosen tanpa kepastian itu sudah hal yang biasa. Revisi tiada henti
juga aku sudah mulai terbiasa. Aku sudah mencamkan dalam hati bahwa setelah
berhasil penelitian, aku tidak boleh menyerah lagi. Allah sudah menolongku,
jadi tak ada lagi alasanku untuk berputus asa.
Dan singkat cerita, tibalah waktuku untuk sidang skripsi.
Lancar? Banget. Alhamdulillah meski aku mendapat penguji yang (katanya) killer,
sidangku berjalan singkat dan aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
baik. Dan akhirnya aku pun berhasil diwisuda tanggal 29 November 2016 kemarin :)”
|
Satu tim penelitian |
|
Dibuatin meme sama temen waktu mau seminar proposal :" |
|
Selesai sempro |
|
Selesai penilitian. maap ngeblur cah :p |
|
Selesai sidang |
|
Waktunya wisuda :D |
|
keluargaku |
Well, begitulah cerita tentang skripsiku. Apakah kamu bisa
mendapat hikmah dari itu? Enggak? Yaudah, eike kan emang cuman mau curhat wkwk. Yang pasti, nikmati saja prosesnya dan jangan menyerah
sama lembaran kertas berinisial ‘S’ itu. Ketika kau melihat kedua orang tuamu
tersenyum bangga melihatmu bertoga, maka kau akan tahu bahwa perjuanganmu
tidaklah sia-sia. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar