Sejak beberapa bulan lalu aku dan
teman-temanku Semarang Velogirls sudah sangat menantikan untuk ikut Tour de
Pangandaran 8 yang tahun ini diadakan tanggal 22 April 2017. Bagi yang belum
tahu, Tour de Pangandaran atau biasa disingkat
‘TdP’ ini merupakan even turing sepeda terbesar di Indonesia dengan rute
Tasikmalaya-Pangandaran sejauh 107 km di mana pada penyelenggaraan kali ini
diikuti kurang lebih 3200 peserta! Wow, kan? Aku pribadi sangat antusias untuk
ikut karena selain penasaran dengan Pantai Pangandaran juga karena ingin
merasakan rasanya bersepeda di tanah Sunda yang notabene pasti kulturnya
berbeda dengan Semarang (psst, waktu ke Cirebon dulu sih aku tidak terlalu
merasakan ‘shock culture’ karena masih di perbatasan Jateng-Jabar).
|
Poster TdP 8 |
Jumat, 21 April 2017
Setelah uring-uringan sejak beberapa hari sebelumnya karena sedang PMS dan ada aja masalah yang bikin sensi, akhirnya tiba juga hari bisa refreshing sejenak. Sekitar pukul 08.00 aku, Tami,
Avit, dan Miss Nana berkumpul di Stasiun Poncol untuk naik kereta Kalijaga
dahulu sampai Solo di mana Kak Ranz akan menunggu kami di sana. Satu anggota
kami yang lain yaitu mbak Hesti memutuskan untuk naik bus nanti sore karena
masih bekerja hari ini. Fyi, saat ini keberangkatan kereta kalijaga bergeser 15
menit dari sebelumnya menjadi pukul 09.00 dan stasiun pemberhentian terakhirnya
hanya sampai Stasiun Balapan, tidak di Purwosari lagi. Duh, sudah terbayang bakal
rempong transit kereta Pasundan nanti yang notabene berhenti di Purwosari.
|
Oddie <3 |
Saat kereta baru berjalan
beberapa kilometer dari Stasiun Tawang, kereta kembali menghentikan lajunya.
Weh, ada apa ini?? Banyak penumpang lain yang akhirnya turun untuk melihat
situasi dan mulai terdengar kasak-kusuk dari penumpang lain bahwa kereta
menabrak sebuah sepeda motor. Astaghfirullah! Kami pun diliputi kecemasan
selain karena memikirkan nasib pengendara motor tersebut, juga memikirkan apakah
kami masih sempat untuk transit kereta Pasundan nanti. Setelah sekitar setengah
jam lebih berhenti, akhirnya kereta kembali meneruskan perjalanan. Dari berita
online yang kami baca, ternyata peristiwa tabrakan tadi menewaskan 3 orang
yaitu seorang ibu dengan dua anak kecil. Innalillahi wa innaillaihi rojiun…
semoga diampuni dosa-dosa mereka, diterima amal ibadahnya, dan keluarga yang
ditinggalkan diberi ketabahan. Aamiin.
Akhirnya kereta tiba di Stasiun
Balapan sekitar jam 12.00, molor kurang lebih 15 menit dari seharusnya yaitu
11.45. Dengan sedikit terburu-buru kami pun segera membuka lipatan sepeda kami
dan keluar stasiun. Di luar kulihat sudah ada Kak Ranz yang menunggu kami
dengan muka tegang. Tanpa babibu dia pun langsung ngebut wuuus di depan
memimpin kami menuju Stasiun Purwosari. Hesemeleeeeeh… kami pun selamat tiba di
Stasiun Purwosari tepat waktu meski dengan muka pucat dan nafas engap (“-_-)/||
Lipat sepeda lagi, boarding lagi… duh repotnyaa. Sebetulnya ada sih kereta langsung
dari Semarang ke Tasik, tapi mahal hiks. Kepada pejabat berwenang di KAI, mbok
ya kereta Kalijaga berhentinya tetap di Purwosari saja. Endak kasihan sama kami
rakyat jelata yang mementingkan tiket murah ini, Pak? :”
|
menunggu kereta Pasundan |
Setelah menunggu kurang lebih 20 menit
di peron, kereta Pasundan yang akan membawa kami ke Tasik akhirnya tiba pukul
13.05. Kami pun dipaksa ‘berolahraga’ sedikit lagi dengan menggotong-gotong
sepeda dan pannier ke gerbong kami yang letaknya di cukup di belakang. Di sini
lagi-lagi ada drama di mana si Tami hampir saja ketinggalan kereta. Hufff…
untunglah kami semua akhirnya bisa duduk dengan lega di dalam gerbong kereta. Kami pun segera makan nasi ayam geprek dan leker yang telah dibelikan oleh Kak Ranz. Singkat cerita, kami pun tiba di Stasiun Tasikmalaya sekitar pukul 20.00. Setelah
berfoto sejenak di depan stasiun, kami segera ke Gedung Telkom, tempat
pendaftaran ulang, yang ternyata hanya berjarak beberapa ratus meter dari
stasiun. Di sana kami pun menikmati hidangan yang disajikan untuk para tamu
yaitu nasi tutuk oncom. Alhamdulillah hemat pengeluaran makan malam, xoxoxo.
|
Memulihkan stamina dengan ayam geprek |
|
The Pelor Girl |
|
Stasiun Tasikmalaya |
|
Tiba di Gedung Telkom Tasikmalaya |
|
Nasi tutuk oncom |
Rencana kami untuk mengemper di
Gedung Telkom malam ini dibatalkan karena Tante Ria Serbeje, salah satu
pentolan B2W pusat, berbaik hati memberikan jatah 3 kamar di Hotel Abadi Tasik
yang sejatinya diperuntukkan untuk sponsor (kayaknya). Alhamdulillah, rezeki
setelah sekian banyak drama yang terjadi hari ini. Kami pun segera menuju ke
Hotel Abadi usai menuntaskan makan malam kami. Setelah check in dan meletakkan
barang-barang di kamar, aku, Tami, Avit, dan Kak Ranz memutuskan untuk mencari
es teh di luar. Berjalan pada malam hari di Tasik membuatku cukup terperangah
karena suasana jalan yang sangat sepi padahal baru sekitar jam 9 malam. Beda
sekali dengan Semarang ya, hmm. Setelah berjalan cukup jauh kami pun menemukan
tenda penjual sate ayam yang masih buka. Kami memutuskan untuk memesan 1 porsi
sate ayam untuk kami berempat dan 4 gelas es teh manis. Eng ing eng… penjualnya
berkata bahwa hanya menyediakan teh tawar saja. Glek. “Tapi ada es kan?” aku
bertanya. “Enggak ada juga,” jawab si penjual. Duaaaar! Sebagai penduduk Semarang yang sudah terbiasa minum es meski hujan badai sekalipun dan minum teh yang ‘legi tur kenthel’, aku pun cukup
shock dengan kenyataan itu. Well, kami akhirnya memutuskan untuk memesan satu
porsi sate ayam saja dibungkus tanpa jadi membeli teh ._. Kami pun akhirnya malah
menemukan tempat menjual es teh manis (meskipun teh celup) tepat di depan hotel
kami. Duh kayak jodoh aja. Udah nyari jauh-jauh, eh malah nemunya yang di dekat
kita *ups*.
Setelah menghabiskan es teh
manis kami masing-masing, kami pun memutuskan kembali ke hotel untuk
beristirahat. Besok turing ke pangandaran, yuhuu~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar