Sabtu, 29 April 2017

Rentetan Drama di Tour de Pangandaran 8 (Part 1)

Sejak beberapa bulan lalu aku dan teman-temanku Semarang Velogirls sudah sangat menantikan untuk ikut Tour de Pangandaran 8 yang tahun ini diadakan tanggal 22 April 2017. Bagi yang belum tahu, Tour de Pangandaran atau biasa disingkat  ‘TdP’ ini merupakan even turing sepeda terbesar di Indonesia dengan rute Tasikmalaya-Pangandaran sejauh 107 km di mana pada penyelenggaraan kali ini diikuti kurang lebih 3200 peserta! Wow, kan? Aku pribadi sangat antusias untuk ikut karena selain penasaran dengan Pantai Pangandaran juga karena ingin merasakan rasanya bersepeda di tanah Sunda yang notabene pasti kulturnya berbeda dengan Semarang (psst, waktu ke Cirebon dulu sih aku tidak terlalu merasakan ‘shock culture’ karena masih di perbatasan Jateng-Jabar).
Poster TdP 8
Jumat, 21 April 2017
Setelah uring-uringan sejak beberapa hari sebelumnya karena sedang PMS dan ada aja masalah yang bikin sensi, akhirnya tiba juga hari bisa refreshing sejenak. Sekitar pukul 08.00 aku, Tami, Avit, dan Miss Nana berkumpul di Stasiun Poncol untuk naik kereta Kalijaga dahulu sampai Solo di mana Kak Ranz akan menunggu kami di sana. Satu anggota kami yang lain yaitu mbak Hesti memutuskan untuk naik bus nanti sore karena masih bekerja hari ini. Fyi, saat ini keberangkatan kereta kalijaga bergeser 15 menit dari sebelumnya menjadi pukul 09.00 dan stasiun pemberhentian terakhirnya hanya sampai Stasiun Balapan, tidak di Purwosari lagi. Duh, sudah terbayang bakal rempong transit kereta Pasundan nanti yang notabene berhenti di Purwosari.
Oddie <3
Saat kereta baru berjalan beberapa kilometer dari Stasiun Tawang, kereta kembali menghentikan lajunya. Weh, ada apa ini?? Banyak penumpang lain yang akhirnya turun untuk melihat situasi dan mulai terdengar kasak-kusuk dari penumpang lain bahwa kereta menabrak sebuah sepeda motor. Astaghfirullah! Kami pun diliputi kecemasan selain karena memikirkan nasib pengendara motor tersebut, juga memikirkan apakah kami masih sempat untuk transit kereta Pasundan nanti. Setelah sekitar setengah jam lebih berhenti, akhirnya kereta kembali meneruskan perjalanan. Dari berita online yang kami baca, ternyata peristiwa tabrakan tadi menewaskan 3 orang yaitu seorang ibu dengan dua anak kecil. Innalillahi wa innaillaihi rojiun… semoga diampuni dosa-dosa mereka, diterima amal ibadahnya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Aamiin.

Akhirnya kereta tiba di Stasiun Balapan sekitar jam 12.00, molor kurang lebih 15 menit dari seharusnya yaitu 11.45. Dengan sedikit terburu-buru kami pun segera membuka lipatan sepeda kami dan keluar stasiun. Di luar kulihat sudah ada Kak Ranz yang menunggu kami dengan muka tegang. Tanpa babibu dia pun langsung ngebut wuuus di depan memimpin kami menuju Stasiun Purwosari. Hesemeleeeeeh… kami pun selamat tiba di Stasiun Purwosari tepat waktu meski dengan muka pucat dan nafas engap (“-_-)/|| Lipat sepeda lagi, boarding lagi… duh repotnyaa. Sebetulnya ada sih kereta langsung dari Semarang ke Tasik, tapi mahal hiks. Kepada pejabat berwenang di KAI, mbok ya kereta Kalijaga berhentinya tetap di Purwosari saja. Endak kasihan sama kami rakyat jelata yang mementingkan tiket murah ini, Pak? :”
menunggu kereta Pasundan
Setelah menunggu kurang lebih 20 menit di peron, kereta Pasundan yang akan membawa kami ke Tasik akhirnya tiba pukul 13.05. Kami pun dipaksa ‘berolahraga’ sedikit lagi dengan menggotong-gotong sepeda dan pannier ke gerbong kami yang letaknya di cukup di belakang. Di sini lagi-lagi ada drama di mana si Tami hampir saja ketinggalan kereta. Hufff… untunglah kami semua akhirnya bisa duduk dengan lega di dalam gerbong kereta. Kami pun segera makan nasi ayam geprek dan leker yang telah dibelikan oleh Kak Ranz. Singkat cerita, kami pun tiba di Stasiun Tasikmalaya sekitar pukul 20.00. Setelah berfoto sejenak di depan stasiun, kami segera ke Gedung Telkom, tempat pendaftaran ulang, yang ternyata hanya berjarak beberapa ratus meter dari stasiun. Di sana kami pun menikmati hidangan yang disajikan untuk para tamu yaitu nasi tutuk oncom. Alhamdulillah hemat pengeluaran makan malam, xoxoxo.
Memulihkan stamina dengan ayam geprek
The Pelor Girl
Stasiun Tasikmalaya
Tiba di Gedung Telkom Tasikmalaya
Nasi tutuk oncom
Rencana kami untuk mengemper di Gedung Telkom malam ini dibatalkan karena Tante Ria Serbeje, salah satu pentolan B2W pusat, berbaik hati memberikan jatah 3 kamar di Hotel Abadi Tasik yang sejatinya diperuntukkan untuk sponsor (kayaknya). Alhamdulillah, rezeki setelah sekian banyak drama yang terjadi hari ini. Kami pun segera menuju ke Hotel Abadi usai menuntaskan makan malam kami. Setelah check in dan meletakkan barang-barang di kamar, aku, Tami, Avit, dan Kak Ranz memutuskan untuk mencari es teh di luar. Berjalan pada malam hari di Tasik membuatku cukup terperangah karena suasana jalan yang sangat sepi padahal baru sekitar jam 9 malam. Beda sekali dengan Semarang ya, hmm. Setelah berjalan cukup jauh kami pun menemukan tenda penjual sate ayam yang masih buka. Kami memutuskan untuk memesan 1 porsi sate ayam untuk kami berempat dan 4 gelas es teh manis. Eng ing eng… penjualnya berkata bahwa hanya menyediakan teh tawar saja. Glek. “Tapi ada es kan?” aku bertanya. “Enggak ada juga,” jawab si penjual. Duaaaar! Sebagai penduduk Semarang yang sudah terbiasa minum es meski hujan badai sekalipun dan minum teh yang ‘legi tur kenthel’, aku pun cukup shock dengan kenyataan itu. Well, kami akhirnya memutuskan untuk memesan satu porsi sate ayam saja dibungkus tanpa jadi membeli teh ._. Kami pun akhirnya malah menemukan tempat menjual es teh manis (meskipun teh celup) tepat di depan hotel kami. Duh kayak jodoh aja. Udah nyari jauh-jauh, eh malah nemunya yang di dekat kita *ups*.  Setelah menghabiskan es teh manis kami masing-masing, kami pun memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat. Besok turing ke pangandaran, yuhuu~~

(To be continued….)
.
.
.
Part 2 : klik di sini
Part 3 : klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar