Selasa, 16 Juni 2015

Pantai Tirang, Pantai Tak Berujung di Semarang

Hai! Setelah mereview tentang Pantai Cipta Semarang yang kini ternyata cukup booming sebagai ajang kekinian para anak muda di Semarang (yang mau membaca silakan klik di sini), sekarang saya akan kembali mereview pantai lain di Semarang yang bisa jadi akan menjadi alternatif tempat kekinian di Kota Lunpia ini. Ya, Pantai Tirang namanya. Jika kalian pernah ke Pantai Maron tentu kalian dapat melihat bahwa di seberang sungai terdapat pantai lain yang masih cukup sepi kan? Itulah Pantai Tirang.
Yang di seberang sana itu Pantai Maron
Pantai Tirang ini tergolong sepi karena pantai ini cukup tersembunyi dan banyak yang tidak mengetahui akses jalan menuju ke sana. Aku yang sudah cukup lama mengetahui keberadaan pantai ini pun hanya sebatas tahu bahwa jika ke sana itu lewat Perumahan Graha Padma. Karena semakin penasaran akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba mencari pantai tersebut dengan berbekal GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) alias tanya-tanya orang hehe. Nah, berikut aku jelaskan rute perjalanannya :
Bagi yang belum tahu letak Perumahan Graha Padma, dari Bundaran Kalibanteng menujulah ke arah Barat (arah bila akan ke Mangkang). Di perempatan jalan pertama dari Kalibanteng ambil jalan ke kanan yang terdapat Kantor Samsat Online. Lurus sedikit, nanti di kanan jalan kalian akan menemukan Gerbang Perumahan Graha Padma. Masuk saja ke perumahan dan saat sudah sampai pada bundaran kedua belok ke kiri arah ke "The Club'. Dari The Club lurus sedikit sampai ke pertigaan jalan, belok ke kanan, lurus terus sampai mentok, kemudian belok ke kiri. Dari sini kalian tinggal mengikuti jalan saja sampai ke pantai. (Kalau bingung ingatlah metode GPS, Gunakan Penduduk Sekitar, hehe)
Seperti akses jalan menuju Pantai Maron, jalan ke Pantai Tirang pun juga tak kalah rusaknya. Bagi pengendara sepeda maupun sepeda motor diharapkan berhati-hati dan tidak disarankan ke sini apabila hujan turun, becek! Tetapi berbeda dengan pemandangan menuju ke Pantai Maron yang berupa sawah, pemandangan menuju Pantai Tirang ini berupa sungai dan tambak ikan yang lumayan memanjakan mata juga.
Selepas dari areal perumahan kita harus melewati jembatan ini
Taraa... Kini jalan mulai bergejolak
Kalau beruntung bisa melihat pesawat landing maupun take off
Si Oddie nampang dulu
Yang punya Oddie juga ikut nampang :p
Sesampainya di Pantai Tirang aku melihat bahwa pantai Tirang ini panjang sekali, sampai-sampai ketika suatu hari aku mencoba mencari ujungnya akhirnya harus menyerah dan balik lagi karena tidak sampai-sampai hehe. Yang aku sukai dari Pantai Tirang ini adalah pasirnya banyak dan tidak banyak berbatu, berbeda dengan pantai lain di Semarang, sehingga bisa puas main pasir di sini. Selain itu aku juga suasananya yang masih cukup sepi sehingga cocok untuk menyuwung sembari menikmati sunrise maupun sunset, karena jujur saja aku tidak suka berada di keramaian.
Waktu sunset
Waktu sunrise
Nyoh dek tak cekelke pesawat :p
Lumayan, bisa mainan pasir
Tapi sayang, sampah di sini juga lumayan banyak
Enggak nyampe2 ke ujung, hmm
Bunga-bunga bermekaran
Tami menamai ini tanaman bulu babi
Meski tak seindah pantai di kota lain, bermain di pantai ini tetap menyenangkan bagiku

..............
So, wanna try to visit?

Senin, 15 Juni 2015

Jomblo Rapopo, sing Penting Bahagia

J.O.M.B.L.O.
Kata yang sudah tidak terdengar asing lagi di telinga para kawula muda Indonesia. Suatu kata yang hanya terdiri dari lima huruf yang bermakna orang yang belum mempunyai pacar atau pasangan hidup.

Berbagai alasan diutarakan para kaum jomblo kenapa saat ini masih saja menyandang predikat tersebut. Ada yang beralasan karena pacaran itu adalah perbuatan yang dilarang agama, ada yang ingin fokus sekolah/kerja dulu, ada yang katanya belum ketemu dengan yang cocok, ada yang memang bosan berpacaran, ada pula yang memang...... belum laku. Nah kalau alasan saya menjomblo apa? Mungkin kolaborasi dari semua alasan yang telah disebutkan tadi kecuali yang bosan berpacaran (ya, karena memang belum pernah!).

Saya terdorong menulis tulisan ini karena kini jagad Indonesia saya rasa saban hari semakin tidak berperike'jomblo'an lagi. Di dunia sosial media banyak status fb, tweet, dan meme berkeliaran yang seringkali menistakan para kaum tuna asmara seperti saya dan menganggap bahwa status jomblo adalah status yang hina dina. Contohnya saja seperti berikut :




Tidak cukup didzolimi di dunia maya, kaum jomblo pun seringkali mendapat olok-olok di kehidupan nyata. Contohnya saja ketika saya diajak mengobrol oleh seorang anak manusia ketika mengajar les :

Anak manusia : “Cik, punya pacar?”
Saya : “Enggak.”
Anak manusia : “Lha pernah punya pacar?”
Saya : “Enggak.”
Anak manusia : “Umur Cik Dwi sekarang berapa?”
Saya : “20 tahun.”
Anak manusia : “Jadi, selama 20 tahun Cik Dwi hidup di dunia enggak pernah punya pacar? Kasian, ngenes banget.”
Saya : $%^&$&#^@%^& (kame… kame…. haaaaa!)

Semenjak anak-anak di tempat les mengetahui status kejombloan saya yang masih abadi ini akhirnya julukan saya di tempat les bertambah. Selain dijuluki 'Cik Alay', saya kini juga sering dijuluki 'Cik Jones'. Aku ora popo, cah.

Ah meski begitu menjadi jomblo tidaklah ngenes-ngenes amat. Berikut adalah hikmah-hikmah yang dapat diambil bagi para jomblo sebagai penghibur diri :
1. Jauh dari maksiat
Ini sudah tidak usah dibahas panjang lebar. Untuk kaum Muslim khususnya pasti sudah tahu apa hukumnya berpacaran di agama Islam. Hai mblo, setidaknya sumber dosamu berkurang....
2. Lebih bebas
Mau pergi ke mana saja, terserah. Mau jalan sama siapa saja, terserah. Mau melakukan apa saja, terserah. Bebas tidak harus izin dahulu ke pacar. Eh tapi ingat mblo, tetap harus izin ke orang tua dulu ya nanti dikira hilang.
3. Hemat
Jadi jomblo itu tidak perlu bingung-bingung harus menyisihkan uang bensin untuk jalan-jalan, uang untuk mentraktir makan, maupun kado jika pasangannya ulang tahun maupun kado anniversary. Hemat pangkal kaya, mblo!
4. Galau?
Galaunya orang berpacaran terkadang sedikit aneh menurut saya yang notabene seorang jomblo tulen ini. Beberapa orang pacaran itu sedikit-sedikit galau meski untuk alasan yang tidak penting seperti contohnya apabila BBM yang hanya di-read saja. Jomblo galau? Iya juga sih, tapi enggak segitunya juga keles.

Well, menjadi jomblo atau tidak itu adalah pilihan hidup orang masing-masing. Tentu saja saya juga tidak ingin menjomblo selamanya. Tetapi saya hanya ingin melepas status kejombloan saya kelak di hadapan penghulu (asiik).

Sudahlah… Jomblo rapopo, sing penting bahagia :v


(....kemudian saya meratapi nasib di kamar sendirian, ya sendirian.)


Rabu, 03 Juni 2015

Gua Kiskendo, Guanya Hanoman di Kendal

Tak banyak warga Semarang dan sekitarnya tahu mengenai keberadaan Gua (bukan 'goa' ya, menurut KBBI sih yang benar itu 'gua' :v) Kiskendo ini yang terletak di Kabupaten Kendal. Aku pun baru tahu setelah Tami bercerita padaku beberapa waktu yang lalu tentang gua ini yang katanya ada sungai di dalamnya  dan dia ngebet sekali pingin ke sana. Berhubung aku pun juga penasaran akhirnya kami berdua membuat janji untuk meluncur ke sana.

Pagi hari tanggal 16 Mei 2015  Tami sudah menjemputku di depan rumah dan kemudian berangkatlah kami. Berbekal informasi jalan dari google yang sangat minim kami memutuskan untuk ke sana lewat jalur Boja. Sebenarnya bisa juga lewat jalur Kaliwungu, Kendal, menurut teman kami yang sudah pernah ke sana duluan.

Berikut adalah rute perjalanan kami :
Dari Tugu Muda mengarahlah ke jalan Sugiyopranoto (samping Pasar Bulu) dan terus saja sampai menemui Pasar Jrakah di kiri jalan. Dari perempatan Pasar Jrakah sini belok kiri ke arah BSB kemudian ikuti jalan saja. Setelah melewati BSB masih lurus lagi ke arah Mijen sampai akhirnya menemui pertigaan jalan yang mana bila ke kiri ke arah Sekatul dan ke kanan ke arah Boja, ambil jalan ke kanan (lihat peta di bawah).


Saat melewati jalan Patean-Boja ini apabila menemui plang jalan menuju ke Kaliwungu di suatu perempatan jalan maka ikuti petunjuk belok ke kanan ke arah Jalan Kaliwungu.


Di jalan ini dapat kita temui alaska (alas karet atau hutan karet) yang cukup luas di sebelah kiri-kanan jalan yang bisa untuk ajang foto kekinian *abaikan*.

alaska alias alas karet
Setelah melewati alaska tersebut kita akan menemukan peradaban kembali. Tinggal temukan saja gapura Desa Kertosari di kiri jalan seperti gambar berikut lalu masuklah ke desa tersebut.


Setelah masuk desa ini penunjuk jalan satu-satunya menuju ke Gua Kiskendo adalah tulisan kecil bertuliskan "Dsn.Gowa" ke arah kiri di depan suatu areal pemakaman. Nah dari sini jangan malu-malu untuk bertanya pada warga sekitar letak Gua Kiskendo ya jika bingung :)

Plangnya cilik mentik, hmm
Singkat cerita setelah nyasar-nyasar tiada terkira akhirnya sampailah kami di Gua Kiskendo. Setelah membayar retribusi masuk sebesar 5000 rupiah per orang kami pun segera memasuki areal gua. Ternyata di areal ini ada 5 buah gua yang bernama : Lawar, Kempol, Tulangan, Kampret, dan Pertapaan. Huah, Gua Kiskendo ini terlihat cukup menawan dengan perpaduan pahatan alami dinding-dinding  gua ditambah gemericik sungai yang ada di dalamnya. Sembari menikmati keindahan alam yang diciptakan oleh yang Maha Kuasa, tak lupa kami berdua pun mengabadikan momen dengan berfoto-foto ria, hihi.

Ada 5 gua
Ada bumi perkemahannya juga ternyata
Mulai memasuki gua
Ada sungainya yang masih alami
Mau main air boleh, njegur pun tidak dilarang
Si Tami
Di belakang areal gua ada hamparan sawah membentang juga
Well, kalian harus melihat langsung
Jadi, kapan kalian juga kesini?